Penulis:
Muhammad Emirrio Herwanto | Octa Myanda K.K.C. | Raditya Putranto | Reza Dwi Putra
Muhammad Emirrio Herwanto | Octa Myanda K.K.C. | Raditya Putranto | Reza Dwi Putra
Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) merupakan sebuah organisasi berbasis Islam yang bersifat non-profit dan berlandaskan kekeluargaan. Organisasi yang berlokasi di Jalan Taman Cut Meutia, Nomor 01, Menteng, Jakarta Pusat tersebut didirikan pada tahun 1987 oleh Indra Laksono. Layaknya organisasi-organisasi yang lain, RICMA juga memiliki Visi dan Misi. Visi RICMA adalah Mewujudkan Remaja Islam yang berakhlak mulia, cerdas intelektual dan spiritual. Bermanfaat bagi Agama Islam, Negara dan sesama dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits. Dalam mewujudkan Visinya, RICMA mempunyai sembilan misi, yaitu : (1) Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaq yang mulia, (2). Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya, (3). Mewadahi pengembangan moral, karakter, ilmu pengetahuan dan teknologi, (4). Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dinnul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (5). Memperkuat ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah, (6). Berperan aktif dalam kegiatan ke-Islaman dan kepemudaan untuk memajukan remaja masjid indonesia serta mendorong pembangunan nasional, (7). Melakukan kegiatan syiar Islam untuk mendorong kemajuan umat, (8). Melakukan kegiatan pengajian dan pengkajian terhadap Al-Quran dan sunnah untuk dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan (9). Mengakrabkan nilai – nilai Islam dikalangan remaja dengan pendekatan yang dinamis.
Secara struktural, RICMA memiliki dua bagian struktur yang berbeda, yaitu Badan Pengurus Harian (BPH) dan Majelis Perwakilan Anggota (MPA), dimana BPH diisi oleh pengurus inti organisasi yang menjalankan berbagai program kerja dan MPA bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari anggota BPH dan segala program kerja yang dijalankannya. BPH terdiri dari ketua umum, yang membawahi wakil ketua, sekretaris jenderal, bendahara umum, dan delapan departemen, yaitu departemen informasi dan komunikasi, departemen peduli dan pembinaan umat, departemen seni dan budaya, departemen perekonomian dan kewirausahaan, departemen olahraga, departemen pendidikan dan dakwah, departemen organisasi dan kaderisasi, dan departemen pemberdayaan perempuan. Kedelapan departemen tersebut memiliki ketua, sekretaris, bendahara, biro, dan staff-staffnya masing-masing, kecuali departemen pemberdayaan perempuan, departemen organisasi dan kaderisasi, dan departemen seni dan budaya yang tidak memiliki pembagian biro di dalamnya. Sementara itu, MPA diisi oleh seorang ketua yang membawahi enam komisioner. Keenam komisioner tersebut mengawasi dan mengevaluasi delapan departemen yang ada di dalam jajaran BPH, sedangkan ketua MPA bertugas untuk mengawasi kinerja dari petinggi-petinggi BPH seperti ketua umum, wakil, sekjen, dan bendum.
RICMA adalah organisasi yang independen, mereka tidak memiliki cabang dan induk, sehingga organisasi tersebut tidak terikat oleh organisasi-organisasi lainnya secara struktural. Terhitung semenjak tahun 2010, jumlah keanggotaan RICMA yang terdiri dari anggota dan pengurus adalah sekitar 300 orang. Ke-300 orang itu memiliki latar belakang ras, etnis, gender, profesi, dan hobi yang berbeda-beda. Bila dilihat dari namanya, tentu kita dapat mengasumsikan RICMA merupakan sebuah organisasi yang dihuni oleh para remaja—yang pastinya beragama Islam—sehingga mayoritas anggota dan pengurusnya adalah kalangan mahasiswa. Para anggota RICMA sendiri tidak hanya terdiri dari remaja-remaja yang tinggal di satu wilayah tertentu (Jakarta), melainkan tersebar dalam berbagai daerah, seperti di Bekasi, Tangerang, Bandung, dan sebagainya. Satu hal menarik yang dimiliki RICMA dalam konteks keanggotaan adalah baik anggota maupun pengurusnya hanya dapat keluar dari keanggotaan bila mereka mengundurkan diri. Karena pada dasarnya tidak ada satu-pun jajaran pengurus RICMA—termasuk ketua umum—yang dapat mengeluarkan atau memecat anggotanya. Bila terdapat anggota dan pengurus yang tidak sesuai dengan ekspektasi seperti menjalankan kinerja dengan tidak maksimal atau sama sekali tidak pernah datang rapat, mereka hanya akan di reshuffle oleh sang ketua MPA. Alasan utamanya adalah karena organisasi tersebut bersifat kekeluargaan, sedangkan mengeluarkan seseorang dari keanggotaan RICMA adalah suatu tindakan yang mencerminkan profesionalitas.
Lebih lanjut, terkait dengan konteks penerimaan keanggotaan, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh para remaja yang ingin bergabung sebagai anggota maupun pengurus RICMA, yaitu beragama Islam dan memiliki range usia dari 15-25 tahun. Kemudian untuk menjadi anggota, tidak ada syarat khusus selain memenuhi dua syarat utama diatas, mereka hanya cukup datang dan mendaftar ke pengurus organisasi RICMA. Untuk anggota sendiri tidak memiliki kartu anggota dan tidak dipungut biaya pendaftaran. Sebaliknya, untuk menjadi pengurus organisasi, diharuskan mengikuti RICMA Camp selama 3 hari. RICMA Camp sendiri merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya di bulan suci Ramadhan, dimana kegiatan tersebut terdiri dari beberapa mata acara, diantaranya seperti pesantren kilat, buka puasa bersama, pembekalan kepengurusan organisasi yang berlandaskan Islam seperti seminar-seminar dan LDK atau latihan dasar kepemimpinan. Setiap remaja yang mengikuti RICMA Camp dikenakan biaya sebesar Rp.150.000,- dan sudah termasuk biaya pembuatan kartu pengurus yang tidak dimiliki oleh anggota biasa. Dalam menjalankan program kerjanya, RICMA mendapatkan bantuan dana dari Yayasan Cut Meutia dan beberapa sponsor yang terlibat, sementara pihak internal atau anggota dan pengurus RICMA juga tetap memberikan kontribusi untuk persoalan finansial program kerja dengan sumbangan-sumbangan yang sifatnya sukarela.
Hingga saat ini, RICMA dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi yang cukup besar bila dilihat dari jumlah anggota dan kepengurusannya. Cara organisasi tersebut untuk mengembangkan dan menarik anggotanya adalah melalui publikasi dan promosi yang dilakukan saat mereka menjalankan program kerjanya. Selain itu setiap pengurus organisasi RICMA juga gencar melakukan publikasi dan promosi secara personal ke teman dan kerabatnya masing-masing. Sebagai sebuah organisasi yang bersifat kekeluargaan, bukan berarti RICMA tidak pernah dihinggapi oleh berbagai kendala dan permasalahan dalam kehidupan berorganisasinya. Masalah utama yang dihadapi ialah kedisiplinan dari kinerja pengurus organisasi dan anggota. Menurut informan kendala ini wajar terjadi pada setiap organisasi, karena pada dasarnya organisasi itu bersifat sukarela, yang mana tidak memiliki sistem kontrak kerja dan tidak ada gaji atau upah, sehingga lazim bila kemalasan untuk bekerja dan berkontribusi menjadi konsekuensinya. Tujuan utama RICMA sendiri ialah menyebarkan dakwah Islam melalui aktivitas-aktivitas yang dinilai bersifat ‘remaja’. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, RICMA merupakan organisasi yang bersifat non-profit dan berlandaskan kekeluargaan. Disebut sebagai sebuah organisasi karena RICMA memiliki visi, misi, struktur, dan program kerja yang jelas, selain itu, sifat non-profit pada RICMA tercermin dalam berbagai program kerja yang mayoritas kegiatan-kegiatannya bersifat sosial kemasyarakatan seperti School of RICMA & Children of RICMA.
Sebagai sebuah organisasi, RICMA memiliki berbagai kegiatan, baik kegiatan yang dilakukan secara rutin, berkala maupun kegiatan khusus yang di rancang oleh kepengurusan RICMA. Seperti tujuan utama dari berdirinya RICMA, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi ini pada umumnya merupakan kegiatan sosial dan kegiatan-kegiatan dakwah islami. dimana sasaran dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk khalayak umum, serta para anggota dan juga pengurus organisasi RICMA.
Menurut informan, program kerja unggulan dari RICMA adalah Tabligh Akbar RICMA, yaitu pengajian untuk masyarakat umum, RICMA Camp, yaitu acara yang diadakan setiap ramadhan untuk menjadi pengurus RICMA, kegiatan olahraga tahunan bernama RICMA Cup yang mempertandingankan tim futsal antar rohis-rohis SMA dan tim umum se-Jabodetabek, kegiatan charity untuk anak yatim piatu yang dianggap kurang mampu secara finansial untuk melanjutkan sekolah dan mengembangkan potensi bakatnya yang bernama School of RICMA & Children of RICMA, serta kegiatan musik yang diklaim oleh informan merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat umum, yaitu Ramadhan Jazz Festival sekaligus social event yang diadakan setiap tahunnya dan bertujuan untuk menjadi wadah para musisi untuk mengapresiasikan seni musik dan menarik minat masyarakat (terutama golongan remaja) untuk mengubah cara pandang mereka mengenai dakwah. Selain kegiatan atau acara tersebut, masih banyak lagi kegiatan dari organisasi ini, bila ditotal untuk periode kepengurusan 2013/2014 terdapat 41 kegiatan atau acara yang telah masuk kegalam program kerja organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut diurus oleh kepengurusan sesuai dengan departemen yang memiliki wewenang dalam bidangnya. Beberapa program kerja yang dijalankan oleh RICMA juga melibatkan kerjasama dengan organisasi atau komunitas lain seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Hijabers Indonesia, dan lain-lainnya.
Dari 41 program kerja yang dibuat oleh RICMA pada periode 2013/2014, terdapat Beberapa program kerja yang berjalan secara rutin. Seperti misalnya pengajian mingguan yang dilaksanakan seminggu sekali, yakni hari minggu pukul 13.00 – 15.00 WIB di Masjid Cut Meutia, Batik of the Month yang dijalankan pada minggu pertama setiap bulannya, dan sebagainya.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan ataupun acara yang dilakukan oleh RICMA ditujukan untuk khalayak umum serta anggota maupun pengurus organisasinya, dimana setiap kegiatan atau acara yang telah diprogramkan telah memiliki sasarannya masing-masing. Untuk acara yang ditujukan khusus kepada anggota RICMA contohnya adalah Pengajian rutin, Arisan, Diskusi, Latihan Dasar Kepemimpinan, Team Building, Batik of The Month, Olahraga Mingguan. Kemudian, beberapa contoh dari kegiatan yang khusus ditujukan untuk internal pengurus adalah Silabus Dakwah RICMA, dan Rapat-rapat terkait pengembangan organisasi, serta rapat-rapat yang sifatnya ‘accidental’. Sedangkan beberapa contoh kegiatan-kegiatan untuk khalayak umum adalah Ramadhan Jazz Festival, RICMA Cup, Dialog Ramadhan, Tabligh Akbar, Bakti Sosial, Masak Besar untuk masyarakat sekitar masjid Cut Meutia, hingga kegiatan tanggap bencana untuk korban-korban bencana yang terjadi, dan sebagainya. Menurut informan, seluruh program kerja yang dijalankan oleh RICMA pada dasarnya bermanfaat untuk khalayak agar dapat mengamalkan nilai-nilai islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Masing-masing dari kegiatan tersebut memiliki manfaat-manfaatnya tersendiri, contonya untuk internal kepengurusan adalah untuk meningkatkan kinerja pengurus, sedangkan untuk para anggotanya adalah untuk menjalin silaturahmi dan mempererat rasa kekeluargaan diantara para anggota, kemudian untuk masyarakat umum adalah membantu masyarakat baik berupa materi dan non-materi.
RICMA yang berlandaskan kekeluargaan pada dasarnya mencoba memepererat hubungan interpersonal para anggota-anggotanya. Menurut Informan, seluruh pengurus organisasi pada dasarnya telah mengenal satu sama lain, namun eperti kelompok yang memiliki banyak anggota lainnya, para anggota RICMA yang berjumlah sekitar 300 orang tidak terlalu mengenal seluruh anggotanya tetapi organisasi ini tetap mengupayakan untuk mereka dapat mengenal satu sama lain dengan banyaknya acara dan kegiatan yang dijalankan oleh para anggotanya. Selain itu, karena banyaknya anggota yang berasal dari latar belakang yang beragam, tidak semua anggota mengenal satu sama lainnya sebelum masuk kedalam RICMA. Anggota-anggota RICMA juga memiliki kegiatan diluar organisasi tersebut, contohnya adalah kegiatan futsal, atau sekedar berkumpul dengan sesama anggota diluar kegiatan organisasi. Jadi sesuai dengan asas kekeluargaan yang diusahakan oleh RICMA, para anggotanya tidak hanya berteman jika ada kegiatan semata. RICMA juga membangun tali silaturahmi dengan komunitas atau organisasi lain dengan kerja sama dalam membuat program kerja atau kegiatan lainnya yang sifatnya tidak terikat. Ditambah lagi, ada beberapa anggotanya juga merupakan anggota dari komunitas lainnya, seperti beberapa anggota perempuan di RICMA yang juga bergabung dalam komunitas Hijabers Indonesia.
Sumber : M. Alghifari, Sekretaris Departemen Perekonomian & Kewirausahaan RICMA
Secara struktural, RICMA memiliki dua bagian struktur yang berbeda, yaitu Badan Pengurus Harian (BPH) dan Majelis Perwakilan Anggota (MPA), dimana BPH diisi oleh pengurus inti organisasi yang menjalankan berbagai program kerja dan MPA bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari anggota BPH dan segala program kerja yang dijalankannya. BPH terdiri dari ketua umum, yang membawahi wakil ketua, sekretaris jenderal, bendahara umum, dan delapan departemen, yaitu departemen informasi dan komunikasi, departemen peduli dan pembinaan umat, departemen seni dan budaya, departemen perekonomian dan kewirausahaan, departemen olahraga, departemen pendidikan dan dakwah, departemen organisasi dan kaderisasi, dan departemen pemberdayaan perempuan. Kedelapan departemen tersebut memiliki ketua, sekretaris, bendahara, biro, dan staff-staffnya masing-masing, kecuali departemen pemberdayaan perempuan, departemen organisasi dan kaderisasi, dan departemen seni dan budaya yang tidak memiliki pembagian biro di dalamnya. Sementara itu, MPA diisi oleh seorang ketua yang membawahi enam komisioner. Keenam komisioner tersebut mengawasi dan mengevaluasi delapan departemen yang ada di dalam jajaran BPH, sedangkan ketua MPA bertugas untuk mengawasi kinerja dari petinggi-petinggi BPH seperti ketua umum, wakil, sekjen, dan bendum.
RICMA adalah organisasi yang independen, mereka tidak memiliki cabang dan induk, sehingga organisasi tersebut tidak terikat oleh organisasi-organisasi lainnya secara struktural. Terhitung semenjak tahun 2010, jumlah keanggotaan RICMA yang terdiri dari anggota dan pengurus adalah sekitar 300 orang. Ke-300 orang itu memiliki latar belakang ras, etnis, gender, profesi, dan hobi yang berbeda-beda. Bila dilihat dari namanya, tentu kita dapat mengasumsikan RICMA merupakan sebuah organisasi yang dihuni oleh para remaja—yang pastinya beragama Islam—sehingga mayoritas anggota dan pengurusnya adalah kalangan mahasiswa. Para anggota RICMA sendiri tidak hanya terdiri dari remaja-remaja yang tinggal di satu wilayah tertentu (Jakarta), melainkan tersebar dalam berbagai daerah, seperti di Bekasi, Tangerang, Bandung, dan sebagainya. Satu hal menarik yang dimiliki RICMA dalam konteks keanggotaan adalah baik anggota maupun pengurusnya hanya dapat keluar dari keanggotaan bila mereka mengundurkan diri. Karena pada dasarnya tidak ada satu-pun jajaran pengurus RICMA—termasuk ketua umum—yang dapat mengeluarkan atau memecat anggotanya. Bila terdapat anggota dan pengurus yang tidak sesuai dengan ekspektasi seperti menjalankan kinerja dengan tidak maksimal atau sama sekali tidak pernah datang rapat, mereka hanya akan di reshuffle oleh sang ketua MPA. Alasan utamanya adalah karena organisasi tersebut bersifat kekeluargaan, sedangkan mengeluarkan seseorang dari keanggotaan RICMA adalah suatu tindakan yang mencerminkan profesionalitas.
Lebih lanjut, terkait dengan konteks penerimaan keanggotaan, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh para remaja yang ingin bergabung sebagai anggota maupun pengurus RICMA, yaitu beragama Islam dan memiliki range usia dari 15-25 tahun. Kemudian untuk menjadi anggota, tidak ada syarat khusus selain memenuhi dua syarat utama diatas, mereka hanya cukup datang dan mendaftar ke pengurus organisasi RICMA. Untuk anggota sendiri tidak memiliki kartu anggota dan tidak dipungut biaya pendaftaran. Sebaliknya, untuk menjadi pengurus organisasi, diharuskan mengikuti RICMA Camp selama 3 hari. RICMA Camp sendiri merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya di bulan suci Ramadhan, dimana kegiatan tersebut terdiri dari beberapa mata acara, diantaranya seperti pesantren kilat, buka puasa bersama, pembekalan kepengurusan organisasi yang berlandaskan Islam seperti seminar-seminar dan LDK atau latihan dasar kepemimpinan. Setiap remaja yang mengikuti RICMA Camp dikenakan biaya sebesar Rp.150.000,- dan sudah termasuk biaya pembuatan kartu pengurus yang tidak dimiliki oleh anggota biasa. Dalam menjalankan program kerjanya, RICMA mendapatkan bantuan dana dari Yayasan Cut Meutia dan beberapa sponsor yang terlibat, sementara pihak internal atau anggota dan pengurus RICMA juga tetap memberikan kontribusi untuk persoalan finansial program kerja dengan sumbangan-sumbangan yang sifatnya sukarela.
Hingga saat ini, RICMA dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi yang cukup besar bila dilihat dari jumlah anggota dan kepengurusannya. Cara organisasi tersebut untuk mengembangkan dan menarik anggotanya adalah melalui publikasi dan promosi yang dilakukan saat mereka menjalankan program kerjanya. Selain itu setiap pengurus organisasi RICMA juga gencar melakukan publikasi dan promosi secara personal ke teman dan kerabatnya masing-masing. Sebagai sebuah organisasi yang bersifat kekeluargaan, bukan berarti RICMA tidak pernah dihinggapi oleh berbagai kendala dan permasalahan dalam kehidupan berorganisasinya. Masalah utama yang dihadapi ialah kedisiplinan dari kinerja pengurus organisasi dan anggota. Menurut informan kendala ini wajar terjadi pada setiap organisasi, karena pada dasarnya organisasi itu bersifat sukarela, yang mana tidak memiliki sistem kontrak kerja dan tidak ada gaji atau upah, sehingga lazim bila kemalasan untuk bekerja dan berkontribusi menjadi konsekuensinya. Tujuan utama RICMA sendiri ialah menyebarkan dakwah Islam melalui aktivitas-aktivitas yang dinilai bersifat ‘remaja’. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, RICMA merupakan organisasi yang bersifat non-profit dan berlandaskan kekeluargaan. Disebut sebagai sebuah organisasi karena RICMA memiliki visi, misi, struktur, dan program kerja yang jelas, selain itu, sifat non-profit pada RICMA tercermin dalam berbagai program kerja yang mayoritas kegiatan-kegiatannya bersifat sosial kemasyarakatan seperti School of RICMA & Children of RICMA.
Sebagai sebuah organisasi, RICMA memiliki berbagai kegiatan, baik kegiatan yang dilakukan secara rutin, berkala maupun kegiatan khusus yang di rancang oleh kepengurusan RICMA. Seperti tujuan utama dari berdirinya RICMA, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi ini pada umumnya merupakan kegiatan sosial dan kegiatan-kegiatan dakwah islami. dimana sasaran dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk khalayak umum, serta para anggota dan juga pengurus organisasi RICMA.
Menurut informan, program kerja unggulan dari RICMA adalah Tabligh Akbar RICMA, yaitu pengajian untuk masyarakat umum, RICMA Camp, yaitu acara yang diadakan setiap ramadhan untuk menjadi pengurus RICMA, kegiatan olahraga tahunan bernama RICMA Cup yang mempertandingankan tim futsal antar rohis-rohis SMA dan tim umum se-Jabodetabek, kegiatan charity untuk anak yatim piatu yang dianggap kurang mampu secara finansial untuk melanjutkan sekolah dan mengembangkan potensi bakatnya yang bernama School of RICMA & Children of RICMA, serta kegiatan musik yang diklaim oleh informan merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat umum, yaitu Ramadhan Jazz Festival sekaligus social event yang diadakan setiap tahunnya dan bertujuan untuk menjadi wadah para musisi untuk mengapresiasikan seni musik dan menarik minat masyarakat (terutama golongan remaja) untuk mengubah cara pandang mereka mengenai dakwah. Selain kegiatan atau acara tersebut, masih banyak lagi kegiatan dari organisasi ini, bila ditotal untuk periode kepengurusan 2013/2014 terdapat 41 kegiatan atau acara yang telah masuk kegalam program kerja organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut diurus oleh kepengurusan sesuai dengan departemen yang memiliki wewenang dalam bidangnya. Beberapa program kerja yang dijalankan oleh RICMA juga melibatkan kerjasama dengan organisasi atau komunitas lain seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Hijabers Indonesia, dan lain-lainnya.
Dari 41 program kerja yang dibuat oleh RICMA pada periode 2013/2014, terdapat Beberapa program kerja yang berjalan secara rutin. Seperti misalnya pengajian mingguan yang dilaksanakan seminggu sekali, yakni hari minggu pukul 13.00 – 15.00 WIB di Masjid Cut Meutia, Batik of the Month yang dijalankan pada minggu pertama setiap bulannya, dan sebagainya.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan ataupun acara yang dilakukan oleh RICMA ditujukan untuk khalayak umum serta anggota maupun pengurus organisasinya, dimana setiap kegiatan atau acara yang telah diprogramkan telah memiliki sasarannya masing-masing. Untuk acara yang ditujukan khusus kepada anggota RICMA contohnya adalah Pengajian rutin, Arisan, Diskusi, Latihan Dasar Kepemimpinan, Team Building, Batik of The Month, Olahraga Mingguan. Kemudian, beberapa contoh dari kegiatan yang khusus ditujukan untuk internal pengurus adalah Silabus Dakwah RICMA, dan Rapat-rapat terkait pengembangan organisasi, serta rapat-rapat yang sifatnya ‘accidental’. Sedangkan beberapa contoh kegiatan-kegiatan untuk khalayak umum adalah Ramadhan Jazz Festival, RICMA Cup, Dialog Ramadhan, Tabligh Akbar, Bakti Sosial, Masak Besar untuk masyarakat sekitar masjid Cut Meutia, hingga kegiatan tanggap bencana untuk korban-korban bencana yang terjadi, dan sebagainya. Menurut informan, seluruh program kerja yang dijalankan oleh RICMA pada dasarnya bermanfaat untuk khalayak agar dapat mengamalkan nilai-nilai islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Masing-masing dari kegiatan tersebut memiliki manfaat-manfaatnya tersendiri, contonya untuk internal kepengurusan adalah untuk meningkatkan kinerja pengurus, sedangkan untuk para anggotanya adalah untuk menjalin silaturahmi dan mempererat rasa kekeluargaan diantara para anggota, kemudian untuk masyarakat umum adalah membantu masyarakat baik berupa materi dan non-materi.
RICMA yang berlandaskan kekeluargaan pada dasarnya mencoba memepererat hubungan interpersonal para anggota-anggotanya. Menurut Informan, seluruh pengurus organisasi pada dasarnya telah mengenal satu sama lain, namun eperti kelompok yang memiliki banyak anggota lainnya, para anggota RICMA yang berjumlah sekitar 300 orang tidak terlalu mengenal seluruh anggotanya tetapi organisasi ini tetap mengupayakan untuk mereka dapat mengenal satu sama lain dengan banyaknya acara dan kegiatan yang dijalankan oleh para anggotanya. Selain itu, karena banyaknya anggota yang berasal dari latar belakang yang beragam, tidak semua anggota mengenal satu sama lainnya sebelum masuk kedalam RICMA. Anggota-anggota RICMA juga memiliki kegiatan diluar organisasi tersebut, contohnya adalah kegiatan futsal, atau sekedar berkumpul dengan sesama anggota diluar kegiatan organisasi. Jadi sesuai dengan asas kekeluargaan yang diusahakan oleh RICMA, para anggotanya tidak hanya berteman jika ada kegiatan semata. RICMA juga membangun tali silaturahmi dengan komunitas atau organisasi lain dengan kerja sama dalam membuat program kerja atau kegiatan lainnya yang sifatnya tidak terikat. Ditambah lagi, ada beberapa anggotanya juga merupakan anggota dari komunitas lainnya, seperti beberapa anggota perempuan di RICMA yang juga bergabung dalam komunitas Hijabers Indonesia.
Sumber : M. Alghifari, Sekretaris Departemen Perekonomian & Kewirausahaan RICMA
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan-Kegiatan RICMA
Struktur Majelis Perwakilan Anggota (MPA) RICMA – Periode 2013/2014