Penulis:
Alpiadi Prawiraningrat | Deni Duwi N. | Elizabeth Bramanarasti | M. Abdul A. Al-Faruqi | Yoshi Dessiani
Alpiadi Prawiraningrat | Deni Duwi N. | Elizabeth Bramanarasti | M. Abdul A. Al-Faruqi | Yoshi Dessiani
Abstrak
Tulisan ini mengidentifikasi perbedaan peran dari berbagai komunitas dalam masyarakat yang ada di beberapa wilayah di antaranya Jakarta; Depok dan Purwakarta. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui berbagai perbedaan peran komunitas yang ada di masyarakat sesuai dengan perhatian atau orientasi dari masing-masing komunitas. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pegumpulan data yaitu observasi; wawancara mendalam (in depth interview) hingga kajian literatur serta dokumentasi. Hasil penelitian yang didasarkan pada beberapa contoh komunitas DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta menunjukan bahwa terdapat perbedaan peran masing-masing komunitas, di antaranya sebagai hobby; advokasi; pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: Komunitas
Tulisan ini mengidentifikasi perbedaan peran dari berbagai komunitas dalam masyarakat yang ada di beberapa wilayah di antaranya Jakarta; Depok dan Purwakarta. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui berbagai perbedaan peran komunitas yang ada di masyarakat sesuai dengan perhatian atau orientasi dari masing-masing komunitas. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pegumpulan data yaitu observasi; wawancara mendalam (in depth interview) hingga kajian literatur serta dokumentasi. Hasil penelitian yang didasarkan pada beberapa contoh komunitas DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta menunjukan bahwa terdapat perbedaan peran masing-masing komunitas, di antaranya sebagai hobby; advokasi; pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: Komunitas
I. PENDAHULUAN
Komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Dikarenakan bahwa komunitas tumbuh dan berkembang dalam aktivitas masyarakat. Berbagai aktivitas tersebut di antaranya berkaitan dengan pekerjaan, kegemaran atau hobby, ketertarikan terhadap subjek tertentu, pendidikan, advokasi dan lain sebagaignya yang merupakan berbagai aktivitas pada kehidupan individu dalam masyarakat.
Beragamnya aktivitas kehidupan individu dalam masyarakat juga mempengaruhi beragamnya komunitas yang ada, berkaitan dengan pekerjaan misalnya, melahirkan berbagai serikat pekerja atau persatuan serta asosiasi-asosiasi sebagai wadah untuk bertukar ide dan gagasan, penuntutan atas penghidupan layak atau bahkan hanya tempat untuk berkumpul. Begitupun dengan aktivitas yang berkaitan dengan kegemaran atau hobby. Pecinta sepedah misalnya melahirkan komunitas Bike to Work atau penggemar hewan, misalnya melahirkan komunitas pecinta kucing dan sebagainya. Tidak hanya didasarkan atas keberagaman aktivitas individu, akan tetapi keberagaman komunitas dalam masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari peran yang dilakukanya di masyarakat, di antaranya adalah sebagai tempat penyalur kegemaran (hobby), upaya advokasi kebijakan, pelestarian budaya atau bahkan pemberdayaan masyarakat.
Berbagai perbedaan peran tersebut dapat dilihat dari berbagai komunitas yang menjadi studi kasus dalam tulisan ini, komunitas DeRIC sebagai contoh memiliki orientasi lebih kepada penyalur kegemaran para pecinta reptil di kawasan Depok, sedangkan Dapur Pagendingan Purwakarta memiliki orientasi terhadap upaya pelestasrian kesenian tradisional Jawa Barat, yaitu gamelan serta komunitas-komunitas lain yang memilki peran berbeda.
Oleh karena itu, tulisan ini akan menjelaskan mengenai perbedaan peran berbagai komunitas di masyarakat dengan subjek studi kasus Komunitas DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta. Dipilhnya berbagai komunitas dengan latar belakang berbeda diharapkan dapat menunjukan perbedaan secara lebih jelas terkait dengan peran dari masing-masing komunitas. Sedangkan dipilihnya beberapa kota berebeda untuk melihat apakah ada relasi antara individu yang tinggal di wilayah tersebut dengan peran komunitas yang menjadi studi kasus. Sehingga menarik untuk membahas permasalahan di atas, karena dapat menunjukan perbedaan peran dari berbagai komunitas yang ada di masyarakat, serta korelasi dengan indvidu di mana komunitas tersebut berdomisili.
I.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa komunitas dalam masyarakat memiliki peran yang berbeda, hal tersebut berkaitan dengan orientasi dan perhatian dari masing-masing komunitas, DeRIC sebagai contoh memiliki perhatian sebagai komunitas para pencinta reptil, serta menjadi tempat berkumpul dan berbagi pengalaman dalam hobby memelihara reptil. Lain halnya dengan komunitas Rumba FISIP UI yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat, khususnya anak-anak di sekitar kampus UI ataupun Dapur Pagending Purwakarta yang tidak hanya sebagai komunitas tempat berkumpulnya para individu yeng memiliki ketertariakan kepada kesenian budaya Sunda, akan tetapi juga memiliki perhatian dalam upaya melestarikan kesenian Sunda, yaitu gamelan. Berdasarkan fenomena tersebut, tulisan ini mencoba melihat perbedaan peran dari berbagi komunitas dalam masyarakat peran, sehingga rumusan masalah adalah:
“Bagaimanakah Perbedaan Peran Komunitas dari DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta sebagai komunitas dalam masyarakat?”
I. 2 Metode Penelitan
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, bertujuan mengambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data-data kualitatif, umumnya dalam bentuk narasi dengan sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, artikel berita dan lain-lain. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam penelitian ini lebih berfokus pada wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi, terkait dengan peran komunitas yang menjadi subjek penelitian, yaitu DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Dapur Pagendingan Purwakarta.
II. DESKRIPSI KOMUNITAS-KOMUNITAS DALAM MASYARAKAT
II. 1 Komunitas DeRIC (Depok Reptile Amphibi Community)
Berdirinya komunitas yang berisi para pecinta atau penyuka hewan reptil yang berdomisili di Kota Depok bermula dari kumpulan kaskuser (sebutan untuk pengguna forum online KASKUS) yang menyukai dan tertarik dengan beragam reptil yang ada di Indonesia dan luar negeri. Pada tahun 2009 para kaskuser tersebut kopi darat di salah satu kantin yang ada di kampus Universitas Indonesia, tepatnya kantin FISIP UI atau dikenal dengan sebutan kantin Takor. Pada pertemuan kedua kemudian terbentuk lah nama KEPARAD (Kesatuan Pencinta Reptil dan Ampibi Depok).
Berjalan hampir setahun dengan nama KEPARAD akhirnya pada pertemuan ketiga pada 25 April 2010 di salah satu cafe di Kelapa Dua Depok tercetuslah nama DeRIC yg menggantikan nama KEPARAD, atas keputusan bersama anggota KEPARAD saat gathering tersebut. Pada pertemuan berikutnya tanggal 19 September 2010 di tetapkanlah DeRIC sebagai nama pengganti dari KEPARAD, bersamaan dengan perancangan AD/ART komunitas dan pemilihan Ketua Baru dari DeRIC, yaitu Andry Rachmat.
Komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Dikarenakan bahwa komunitas tumbuh dan berkembang dalam aktivitas masyarakat. Berbagai aktivitas tersebut di antaranya berkaitan dengan pekerjaan, kegemaran atau hobby, ketertarikan terhadap subjek tertentu, pendidikan, advokasi dan lain sebagaignya yang merupakan berbagai aktivitas pada kehidupan individu dalam masyarakat.
Beragamnya aktivitas kehidupan individu dalam masyarakat juga mempengaruhi beragamnya komunitas yang ada, berkaitan dengan pekerjaan misalnya, melahirkan berbagai serikat pekerja atau persatuan serta asosiasi-asosiasi sebagai wadah untuk bertukar ide dan gagasan, penuntutan atas penghidupan layak atau bahkan hanya tempat untuk berkumpul. Begitupun dengan aktivitas yang berkaitan dengan kegemaran atau hobby. Pecinta sepedah misalnya melahirkan komunitas Bike to Work atau penggemar hewan, misalnya melahirkan komunitas pecinta kucing dan sebagainya. Tidak hanya didasarkan atas keberagaman aktivitas individu, akan tetapi keberagaman komunitas dalam masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari peran yang dilakukanya di masyarakat, di antaranya adalah sebagai tempat penyalur kegemaran (hobby), upaya advokasi kebijakan, pelestarian budaya atau bahkan pemberdayaan masyarakat.
Berbagai perbedaan peran tersebut dapat dilihat dari berbagai komunitas yang menjadi studi kasus dalam tulisan ini, komunitas DeRIC sebagai contoh memiliki orientasi lebih kepada penyalur kegemaran para pecinta reptil di kawasan Depok, sedangkan Dapur Pagendingan Purwakarta memiliki orientasi terhadap upaya pelestasrian kesenian tradisional Jawa Barat, yaitu gamelan serta komunitas-komunitas lain yang memilki peran berbeda.
Oleh karena itu, tulisan ini akan menjelaskan mengenai perbedaan peran berbagai komunitas di masyarakat dengan subjek studi kasus Komunitas DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta. Dipilhnya berbagai komunitas dengan latar belakang berbeda diharapkan dapat menunjukan perbedaan secara lebih jelas terkait dengan peran dari masing-masing komunitas. Sedangkan dipilihnya beberapa kota berebeda untuk melihat apakah ada relasi antara individu yang tinggal di wilayah tersebut dengan peran komunitas yang menjadi studi kasus. Sehingga menarik untuk membahas permasalahan di atas, karena dapat menunjukan perbedaan peran dari berbagai komunitas yang ada di masyarakat, serta korelasi dengan indvidu di mana komunitas tersebut berdomisili.
I.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa komunitas dalam masyarakat memiliki peran yang berbeda, hal tersebut berkaitan dengan orientasi dan perhatian dari masing-masing komunitas, DeRIC sebagai contoh memiliki perhatian sebagai komunitas para pencinta reptil, serta menjadi tempat berkumpul dan berbagi pengalaman dalam hobby memelihara reptil. Lain halnya dengan komunitas Rumba FISIP UI yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat, khususnya anak-anak di sekitar kampus UI ataupun Dapur Pagending Purwakarta yang tidak hanya sebagai komunitas tempat berkumpulnya para individu yeng memiliki ketertariakan kepada kesenian budaya Sunda, akan tetapi juga memiliki perhatian dalam upaya melestarikan kesenian Sunda, yaitu gamelan. Berdasarkan fenomena tersebut, tulisan ini mencoba melihat perbedaan peran dari berbagi komunitas dalam masyarakat peran, sehingga rumusan masalah adalah:
“Bagaimanakah Perbedaan Peran Komunitas dari DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania Jakarta; serta Komunitas Dapur Pagending Purwakarta sebagai komunitas dalam masyarakat?”
I. 2 Metode Penelitan
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, bertujuan mengambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data-data kualitatif, umumnya dalam bentuk narasi dengan sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, artikel berita dan lain-lain. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam penelitian ini lebih berfokus pada wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi, terkait dengan peran komunitas yang menjadi subjek penelitian, yaitu DeRIC dan Rumba FISIP UI di Depok; Komunitas Kretek dan Bus Mania di Jakarta; serta Dapur Pagendingan Purwakarta.
II. DESKRIPSI KOMUNITAS-KOMUNITAS DALAM MASYARAKAT
II. 1 Komunitas DeRIC (Depok Reptile Amphibi Community)
Berdirinya komunitas yang berisi para pecinta atau penyuka hewan reptil yang berdomisili di Kota Depok bermula dari kumpulan kaskuser (sebutan untuk pengguna forum online KASKUS) yang menyukai dan tertarik dengan beragam reptil yang ada di Indonesia dan luar negeri. Pada tahun 2009 para kaskuser tersebut kopi darat di salah satu kantin yang ada di kampus Universitas Indonesia, tepatnya kantin FISIP UI atau dikenal dengan sebutan kantin Takor. Pada pertemuan kedua kemudian terbentuk lah nama KEPARAD (Kesatuan Pencinta Reptil dan Ampibi Depok).
Berjalan hampir setahun dengan nama KEPARAD akhirnya pada pertemuan ketiga pada 25 April 2010 di salah satu cafe di Kelapa Dua Depok tercetuslah nama DeRIC yg menggantikan nama KEPARAD, atas keputusan bersama anggota KEPARAD saat gathering tersebut. Pada pertemuan berikutnya tanggal 19 September 2010 di tetapkanlah DeRIC sebagai nama pengganti dari KEPARAD, bersamaan dengan perancangan AD/ART komunitas dan pemilihan Ketua Baru dari DeRIC, yaitu Andry Rachmat.
Gambar II. 1. 1.
Kegiatan Sosialisasi, Lambang dan Seminar Komunitas DeRIC
Kegiatan Sosialisasi, Lambang dan Seminar Komunitas DeRIC
Dengan motto “Respect Our Reptile”, terdapat visi dan misi dari komunitas ini. berkaitan dengan visi, yaitu: a) Menjadikan wadah untuk bertukar pikiran bagi sesama hobby khususnya pecinta hewan reptil dan amfibi; b) Mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan dan menjaga alam sekitar yang dimulai dari lingkungan kecil sekitar kita hingga kepada lingkungan yang lebih luas. Sedangkan misi, yaitu: a) Memberikan informasi/pengetahuan mengenai cara penanganan dan cara bertindak jika berhadapan dengan hewan liar khususnya reptil dan amfibi; dimulai dari anak-anak hingga dewasa; b) Memperkenalkan secara langsung hewan reptil dan amfibi kepada masyarakat; c) Mengubah paradigma yang salah mengenai hewan reptil dan amfibi yang sudah melekat di dalam benak masyarakat Indonesia; d) Menampung dan menambah minat kecintaan masyarakat terhadap hewan reptil dan amfibi; e) Mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan salah satunya dengan cara mencintai hewan reptil dan amfibi.
Gambar II. 1. 2.
Berbagai Publikasi, Liputan dan Dokumentasi Komunitas DeRIC
Berbagai Publikasi, Liputan dan Dokumentasi Komunitas DeRIC
Hingga saat ini komunitas reptil yang mayoritas beranggotakan individu Kota Depok (beberapa ada yang bertempat tinggal diluar Kota Depok) masih tetap eksis dan melakukan kegiatan-kegiatan rutinnya, seperti: a) Kumpul dan sharing pengetahuan diantara anggota DeRIC maupun komunitas reptil lainnya mengenai reptil setiap Hari Jumat malam di sekretariat; b) Sosialisasi kepada masyarakat, khususnya yang ada di Kota Depok guna memberikan pandangan baru kepada masyarakat sekitar tentang reptil yg sebelumnya menjadi paradigma menakutkan disekitar lingkungan kita, sosialisasi dilakukan di sekolahan maupun perumahan warga; c) Hunting dan identifikasi reptil disekitar kita; d) Rescue tempat tinggal warga atau perkantoran yang merasa terancam dengan kehadiran reptil di tempat tersebut.
Sekretariat DeRIC berada di rumah Faruqi yang beralamat di Kampung Areman Jl. H. Abdul Mutholib Rt. 04/08 No. 15 Kelurahan Tugu-Kelapa Dua-Cimanggis-Depok, sedangkan untuk tempat biasa kumpul atau workshop komunitas ini berada di rumah Andry Rachmat yang beralamat di Djoko 6 Rt. 07/ Rw. 04 Jln. Raya Lenteng Agung Raya Jakarta Selatan.
Perekrutan anggota komunitas ini sendiri adalah dengan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para pecinta hewan reptil dan amfibi khususnya yang berdomisili di Kota Depok untuk bergabung dengan komunitas dengan cara yang mudah, hanya dengan mengisi formulir data diri dan membayar uang kas diawal pendaftaran, maka secara langsung individu tersebut sudah dapat bergabung dengan komunitas DeRIC.
Hal Menarik dari komunitas DeRIC, antara lain: a) Komunitas ini berhasil melahirkan buku mengenai hewan reptil dan amphibi yang berjudul “Memilih & Memelihara 35 Jenis Reptil dan Amfibi Paling Di Gemari: Ular Berbisa, Ular Tidak Berbisa, Kura-Kura, Kadal, Biawak, Leopard Gecko, Amfibi” pada 2 Desember 2012; b) Pada Desember 2012 lalu, ketika host acara Dangerous Encounters, Dr. Braddy Barr datang ke Jakarta, komunitas ini menjadi pendamping host tersebut dalam melakukan beberapa kegiatan pada kunjungant; c) Banyak diminta untuk melakukan sosialisasi mengenai hewan reptil di sekolah dan beberapa kali diliput media lokal dan nasional.
Contact person: Irfandella 0812-80393317; Sansan 0812-94361843
Website/blog DeRIC: http://komunitasderic.wordpress.com/; http://deric.or.id/
Untuk registrasi: http://dericers.co.nr/; Email : [email protected]
II. 2 Komunitas BisMania Community Indonesia (BMC)
Sekumpulan orang yang sering menggunakan dan menggemari bus pun akhirnya mendirikan BisMania Community Indonesia (BMC) pada tahun 2007.[1] Komunitas yang pada awalnya merupakan thread forum dalam sebuah blog pribadi untuk berbagi pengalaman perjalanan dengan bus ini, sekarang telah berkembang. BMC kini memiliki lebih dari 3.000 anggota tetap dari berbagai usia dan kalangan di seluruh Indonesia. Melalui website http://bismania.org/, para anggota berbagi informasi mengenai rute perjalanan bus, pengalaman saat menggunakan bus, dan membahas tentang beragam jenis bus, beserta pelayanannya.[2]
BisMania Community berawal dari penuturan di sebuah blog pribadi, yakni www.anjarpriandoyo.wordpress.com dimana sang penulis, Anjar Priandoyo menceritakan tentang pengalaman dalam perjalanannya menggunakan bus. Blog tersebut ternyata mengundang banyak pengunjung, menciptakan sebuah suasana diskusi mulai dari kualitas karoseri bus, pelayanan suatu perusahaan otobus bahkan sampai bedah mesin. Termasuk di dalamnya Gentur, pria yang berpendapat bahwa ternyata orang-orang yang memiliki ketertarikan dan kegemaran terhadap bus tidaklah sedikit. Hal ini membuatnya memiliki gagasan untuk mengorganisir rekan-rekan dalam forum tersebut pada satu wadah komunitas, sehingga dapat memaksimalkan ketertarikan tersebut dalam tempat tersendiri, tidak selalu ‘nebeng’ dalam blog pribadi, mengingat peminat obrolan tentang bus semakin banyak.
[1] Sabrina Utami. 2012. BisMania Community: Tempat Berkumpulnya Pecinta Buz dalam https://id.berita.yahoo.com/blogs/berandakomunitas/bismania-community--tempat-berkumpulnya-pecinta-bus.html diakses pada Senin, 27 April 2014 pukul 21.43 WIB.
[2] Adhia Azkapradhani. 2013. Suka Traveling Naik Bus? Gabung di BisMania, Yuk! Diakses dari http://travel.okezone.com/read/2013/02/04/408/756269/suka-traveling-naik-bus-gabung-di-bismania-yuk diakses pada Senin, 27 April 2014 pukul 21.51 WIB.
Gambar II. 2. 1.
Kegiatan yang dilakukan Komunitas BisMania Community Indonesia (BMC)
Kegiatan yang dilakukan Komunitas BisMania Community Indonesia (BMC)
Disusul oleh rekan-rekan yang lain, diadakanlah beberapa kali pertemuan untuk menggagas dibentuknya suatu organisasi penggemar bus. Hingga akhirnya diputuskan untuk membuat suatu komunitas dengan mailing list beralamat di [email protected] sebagai sarana bertukar informasi para penggemar bus, yang juga merupakan tanda resmi berdirinya BisMania Community pada tanggal 3 April 2007. Saat itu, BMC belum memiliki struktur organisasi karena keterbatasan kesempatan untuk bertemu dari para anggotanya. Secara aklamasi, ditunjuklah Gentur sebagai Ketua Umum BisMania Community. Dengan keberadaan anggota yang semakin banyak dan tersebar di berbagai daerah, akhirnya BisMania Community mengadakan Jambore Nasional Pertama pada 1 Juli 2007 bertempat di Pool PO. Nusantara Kudus yang berhasil mengumpulkan lebih dari 100 anggotanya.
Pada Jambore Nasional Kedua, BisMania Community akhirnya resmi membentuk kepengurusan secara organisasi berikut strukturnya pada tanggal 8 Maret 2008 dengan mengusung AD dan ART sebagai dasar-dasar aturan pergerakannya. Jumlah anggota BMC hingga saat ini mencapai lebih dari 3.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri. Untuk dapat mengakomodasi anggota di setiap wilayah, maka di bentuklah Koordinator Wilayah (Korwil) BMC yang meliputi Jabodetabek, Jateng I, DIY, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Bali, Papua, hingga Singapura. Sebagai komunitas yang terbuka, para anggota BMC terdiri dari beragam kalangan dan usia, mulai dari pelajar hingga pengusaha. Selain mailing list [email protected] sebagai sarana komunikasi, BisMania Community juga mempunyai website resmi di www.bismania.org.[1]
Dalam implementasinya, komunitas ini memiliki visi dan misi[2], yaitu “Yang awam menjadi tahu, yang paham menjadi lebih tahu, dan yang pintar harus cari tahu yang baru (mengenai bus).” Sedangkan untuk misi, di antaranya: a) Menghimpun, menyatukan, dan mengakomodasi para penggemar bus di seluruh Indonesia dalam satu lingkup komunitas melalui berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan dunia bus; b) Menjalin kerjasama yang erat dan saling menguntungkan diantara sesama anggota BMC maupun dengan pihak diluar BMC seperti operator PO, Dinas Perhubungan, DLLAJ dan instansi-instansi terkait; c) Saling berbagi ilmu dan pengalaman di bidang otomotif khususnya tentang dunia bus diantara anggota BMC; d) BMC merupakan wadah pemersatu bagi seluruh penggemar bus di Tanah Air yang ingin menyalurkan hobinya, berbagi ilmu dan pengalaman, serta mendapat manfaat atas keikutsertaannya dalam BMC; e) Sebagai simbol dari konsumen bus dan menjadi mediator antara konsumen dengan operator PO, demi meningkatkan pelayanan sehingga dapat memberikan dan mengajak kepada masyarakat untuk menjadikan bus sebagai pilihan transportasi yang layak digunakan; f) Menjalin kerjasama yang baik dengan komunitas lain diluar BisMania Community.
[1] Awan, Fathur Rozaq. 2011. Profil Komunitas BMC dalam http://bismania.org/profil-komunitas/ pada Senin, 27 April 2014 pukul 22.12 WIB.
[2] Awan, Fathur Roza. 2011. Tentang Kami—BMC dalam http://bismania.org/tentang-bmc/ diakses pada Senin, 27 April 2014 pukul 22.24 WIB.
Adapun Kegiatan Komunitas BMC, di antaranya: [1] a) Kunjungan dan diskusi ke karoseri perusahaan otobus, pabrik, serta industri. Dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan bus pada industri bus, menyampaikan saran kritik dan masukan kepihak karoseri, memaparkan hasil survei produk karoseri oleh BMC, serta kuliah dari pihak karoseri tentang industri karoseri dan kunjungan industri bus dan pendukung; b) Berperan aktif dalam diskusi transportasi yang diadakan oleh instansi. Melakukan diskusi layanan Perusahaan Otobus (PO), termasuk di dalamnya saran kritik dan masukan, presentasi hasil survey layanan operator, kuliah tata kelola industri otobus dari berbagai PO; c) Kegiatan sosial kemasyarakatan, dilakukan dalam rangka memberikan bantuan terhadap korban bencana di berbagai wilayah Indonesia, serta berbagai kegiatan sosial lain seperti khitanan massal, donor darah; d) Kegiatan sosialisasi, expo komunitas, atau pameran; e) Kegiatan internal komunitas, seperti Jambore dan Family Gathering, Touring bersama dan sebagainya.
Hal Menarik dari BisMania Community (BMC) tidak hanya sebagai sarana pemersatu penggemar bus di Indonesia tetapi juga berharap dapat berperan memberikan sumbangsih dan peduli untuk memajukan bangsa khususnya dalam prasarana transportasi sebagai penghubung antar daerah di Indonesia. Selain itu, BisMania Community berharap dapat menunjang berbagai aktivitas bisnis dunia otomotif Indonesia, menjadi nilai tambah yang bermafaat bagi pengusaha, konsumen, atau pun industri lain yang berhubungan dengan dunia transportasi bus.[2]
Kesekertariatan:
Jl. Nilam Blok D No. 338, perum Naga Mas
Jakasampurna – Bekasi Barat
Call Center BMC : (021) – 9399 – 8910
Kontak Lain:
Website : www.bismania.org
E-mail : [email protected]
Mailing List : [email protected]
Facebook : bismania community
Call Center : 021-3263 3367
II.3 Komunitas Kretek
Komunitas Kretek lahir pada bulan Oktober 2010, di salah satu kota yang terkenal sebagai sentra tembakau bermutu internasional, Jember. Dengan berbekal pada kesadaran bahwa telah banyak aset-aset lokal republik ini sebut saja gula, minyak kelapa, garam, dll. telah lebih dulu dihajar secara sistematis oleh perusahaan-perusahaan trans/multi-nasional yang dibantu secara langsung maupun tidak oleh para lembaga riset dan agen-agen pemerintah, mereka yang berkumpul mendeklarasikan pembelaan secara terbuka pada tembakau. Satu dari sedikit komoditas pertanian ‘generasi terakhir’ yang masih menjadi milik rakyat Indonesia. Lebih spesifik lagi, pada produk turunannya, rokok kretek.
[1] Ibid.\
[2] Afif Farhan. 2013. Mengenal Komunitas Bis Mania dalam http://travel.detik.com/read/2013/04/11/141801/2217655/1383/1/mengenal-komunitas-bis-mania diakses pada Senin, 27 April 2014 pukul 22.49 WIB.
Gambar II. 3. 1.
Kegiatan Demonstrasi Komunitas Kretek
Kegiatan Demonstrasi Komunitas Kretek
Komunitas Kretek telah melakukan berbagai kegiatan yang seiring dengan semangat awal. Salah satu yang paling signifikan adalah menerbitkan buku. Dengan konsistensi dan kerja keras, sampai saat ini Komunitas Kretek secara lembaga maupun perorangan, dan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan individu lain, telah menerbitkan serangkaian buku sebagai basis rasionalisasi atas pembelaan terhadap tembakau dan rokok kretek. Buku-buku tersebut antara lain Kretek: Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota, Kriminalisasi Berujung Monopoli, Perempuan Berbicara Kretek, Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek, Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS, dan Tembakau, Negara, dan Keserakahan Modal Asing.
Bukan hanya menerbitkan buku dan laporan penelitian, Komunitas Kretek juga beberapa kali terlibat langsung dalam aksi-aksi massa berjumlah raksasa yang terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Tidak jarang, perwakilan Komunitas Kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negeri ini, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk mengkritik dan memberi masukan serta gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Setelah sekian lama negara ini seolah acuh tak acuh, padahal mendapat pendapatan (pajak dan cukai) yang tidak kecil dari komoditas ini. Belum lagi jika ditambahkan aspek sosial ketenagakerjaan dan produk-produk kultural yang terikat pada tembakau dan rokok kretek. Selain itu, Komunitas Kretek juga terhitung sering mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan, dan workshop sebagai konkretisasi komitmen untuk mendinamisasi isu tembakau dan rokok kretek. Hasilnya menggembirakan, sekarang banyak ditemui person-person dari segala profesi dan latar belakang yang mulai hirau dan turut mendukung, bahkan membuka lingkaran-lingkaran serupa.
Sejauh ini, struktur Komunitas Kretek memiliki satu Sekretariat Nasional dan 7 Sekretariat Wilayah. Adapun ketujuh wilayah tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Makassar. Belakangan, bersama dengan berbagai lingkaran dan organisasi masyarakat lainnya, Komunitas Kretek ikut mendeklarasikan Koalisi Nasional Penyelamatan Tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan konfederasi gerakan di medan wacana ini. Tentu saja, jalan yang telah dilalui tidak pendek, pun tidak terlalu panjang. Karena nyatanya, sampai hari ini regulasi pemerintah tidak segera berpihak pada kepentingan nasionalnya sendiri: menyelamatkan tembakau dan rokok kretek. Oleh karena itu, dengan hadirnya situsweb sederhana ini, Komunitas Kretek sebagai lembaga berharap adanya partisipasi aktif dari khalayak, siapapun. Bersama-sama, sebagaimana tembakau dan rokok kretek yang masih tumbuh di banyak daerah, kesadaran dan pikiran kritis kita juga terus tumbuh. Sehingga Pasal 5 dalam Pancasila, “Kesejahteraan Sosial untuk Seluruh Rakyat Indonesia,” tak hanya sekedar jadi slogan dan tulisan belaka.[1] Beberapa kegiatan komunitas kretek selain mengadakan kajian dan workshop mengenai kretek, Komunitas Kretek juga melaksanakan kegiatan berikut, Solidaritas Komunitas Kretek Jakarta untuk Korban Banjir, Pemutaran Film dan Diskusi “Mereka yang Melampaui Waktu”, Wayang Jong dan Dialog Kebudayaan, Teman Sehat(i); Pemutaran Film Dan Workshop Kopi-Kretek, Komunitas Kretek ikuti Dialog “Satu Meja” Kompas TV.
II.4 Dapur Pagendingan Purwakarta
Dapur Pagendingan Purwakarta adalah komunitas seni yang bertujuan untuk mengakomodir generasi muda yang memiliki semangat untuk melestarikan seni-budaya Sunda, khususnya alat musik tradisional gamelan Sunda, seperti kacapi, saron, kendang, goong, bonang, suling dan sebagainya melalui kolaborasi dengan alat musik modern seperti keyboard, gitar, sexophone dan sebagainya, sehingga dapat diterima oleh generasi muda masa kini. Komunitas yang baru didirikan sekitar pertengahan tahun 2013 lalu ini, pada awalnya sebagai sebuah respon atas kegiatan festival seni-budaya Sunda yang selalu diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta pada setiap awal bulan dengan tajuk “Peuting Panineungan” atau dalam bahasa Indonesia “Malam Kenangan” bersamaan dengan kegiatan Car Free Night dan Malam Wisata Kuliner Purwakarta. Nama Dapur Pagendingan Purwakarta sendiri diprakarsai oleh pendiri komunitas, yaitu Kang Nana Noro yang juga merupakan salah satu guru kesenian SMA Negeri 1 Purwakarta pada awal pertama kali latihan di basecamp Komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta yaitu di Leuweung Seni, Citalang.
Adapun Kegiatan yang dilakukan adalah a) Latihan, yang dilaksankan 1 (satu) minggu sekali pada hari Sabtu atau Minggu pagi pukul 09.00-selesai; b) Performance, dengan jadwal rutin pada malam minggu pertama di awal bulan, pada acara “Peuting Panineungan” bersamaan dengan Car Free Night dan Wisata Kuliner Kabupaten Purwakarta; c) Job, Seringkali diundang untuk mengisi acara dalam berbagai acara sperti pernikahan sekitar 4-5 kali dalam sebulan atau bahkan acara-acara festival kesenian lainnya, seperti Braga Culinary Festival di Bandung.
Sedangkan dalam hal rekrutmen dilakukan secara bebas, siapapun yang tertarik dan memiliki motivasi untuk belajar sekaligus melestraikan alat musik tradisional gamelan dan kesenian Sunda dapat bergabung bersama komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta dan mengunjungi basecamp tempat berkumpul dan latihan di Leuweung Seni, Citalang. Oleh karena pola rekrutmen yang bebas, mengakibatkan tidak diketahuinya jumlah pasti anggota yang cukup aktif Dapur Pagendingan Purwakarta, diperkirakan kurang lebih 50 orang, yang mayoritas adalah pelajar Sekolah Menengah di Kabupaten Purwakarta.
Hal menarik dari komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta adalah bahwa tidak seperti mayoritas komunitas di masyarakat yang keterikatanya dikarenakan hobby dan kesenangan. Komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta merupakan komunitas yang selain didasarkan pada hobby, juga memiliki concern terhadap upayanya dalam melestarikan kesenian tradisional Jawa Barat, sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia melalui kolaborasi kesenian modern, sehingga dapat dengan mudah diterima oleh generasi muda Purwakarta khususnya.
Contact Person: Nana Noro (Abep) +6285759096193
II.5 Rumah Belajar FISIP UI (Rumba FISIP UI)
Rumah Baca FISIP yang akrab disebut Rumba FISIP ini adalah sebuah komunitas yang dibentuk oleh mahasiswa FISIP UI. Rumah Baca ini mendasarkan dirinya pada tujuan untuk mewadahi anak-anak yang tinggal di sekitar Rumba FISIP agar mendapat bimbingan dan pengajaran lanjutan yang bersifat informal, singkatnya, Rumba FISIP ini merupakan tempat belajar untuk anak-anak di luar pendidikan formal yakni sekolah. Lokasi Rumba FISIP terletak di Kutek RT1 RW1 - gerbang kutek belok kanan, di samping lapangan bulu tangkis, Majelis Ta'lim. Waktu beroperasi Rumba FISIP sendiri yakni setiap Selasa dan Kamis pukul 16.00 sampai pukul 17.30 WIB.
Proses pendirian Rumah Baca ini tentu melalui proses yang cukup panjang dan tidak mudah. Diawali dengan keinginan BEM FISIP UI 2010 yang ingin membuat suatu program community development. Sebenarnya, gagasan mengenai community development ini telah dibuat sejak BEM/Senat Mahasiswa tahun sebelumnya, namun putus di tengah jalan karena berbagai masalah, waktu itu lokasinya terletak di daerah Kelapa Dua, Depok. Akhirnya BEM FISIP 2010 mencoba mengusung program community development agar departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP 2010 memiliki program jangka panjang yang “membekas” di masyarakat, tidak hanya sekedar membuat acara-acara atau program tertentu yang hanya selesai dalam waktu singkat saja.
Agar tepat sasaran, kemudian BEM FISIP 2010 membentuk tim. Semua dimulai dari nol dengan melaksanakan assessment dan mencari permasalahan. Awalnya yang menjadi sasaran utamanya program community development ini adalah pemberdayaan untuk masyarakat terdekat lingkungan UI terkait dengan kebersihan yakni pengelolaan sampah dan lingkungan. Kemudian tim melakukan riset dengan mengulik wilayah perkampungan Kukusan Teknik. Riset dilakukan dengan mendatangi kediaman Ketua RT dan RW, ditambah dengan komunikasi dengan warga. Bahkan beberapa anggota staf departemen sosial masyarakat menghadiri pengajian mingguan dan acara-acara di Posyandu setempat. Hal ini dilakukan karena tim tentu mengetahui, untuk tahu permasalahan agar program tepat sasaran perlu kesabaran dan ketekunan serta dilakukan perlahan, agar pencarian permasalahan bisa menyeluruh.
Pada saat momen wawancara dengan ketua RW, ia sangat memberikan motivasi kepada tim agar terus mengulik lebih dalam daerah tersebut. Dalam wawancaranya, ketua RT mendeskripsikan hubungan antara warga dengan mahasiswa UI. Menurut Bapak RT, hubungan antara warga KuTek dengan mahasiswa UI semakin renggang, padahal dulu cukup erat dan akrab, bahkan mahasiswa UI sering mengajarkan anak-anak warga KuTek. Sekarang hubungannya berdasarkan kebutuhan saja, misalnya kos-kosan, warteg, ojek dan sebagainya. Ditambah lagi dengan akses masuk dari KuTek ke UI dibuat pagar oleh pihak UI, karena dinilai sering terjadi tindak kriminalitas, sehingga warga KuTek merasa mereka dianggap maling. Berangkat dari wawancara mendalam tersebut, tim kemudian mulai mendapat ide untuk mengajarkan anak-anak warga KuTek, namun keyakinan itu belum sepenuhnya tumbuh. Akhirnya tim mulai melakukan riset mendalam lebih kepada anak-anak warga KuTek, dari mendata jumlah, usia, hingga kebutuhan mereka. Setelah riset kemudian ide mendirkan rumah belajar menjadi utuh dan mulai melakukan pendekatan ke warga sekitar.
Tim sadar bahwa rumah belajar bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya. Rumah belajar berarti harus tahu kebutuhan belajar mereka seperti apa, kurikulum, pengajar yang handal dan komitmen dengan jadwal mengajar, sehingga diputuskanlah untuk membuat rumah baca terlebih dahulu, agar meningkatkan minat baca anak-anak di KuTek. Hal ini didasari pula dengan hasil riset tim yang mendapat paparan dari para ibu-ibu KuTek, bahwa anak-anak mereka kurang kegiatan. Setiap sore mereka hanya main dan keluyuran atau jajan hingga waktu maghrib. Dengan kata lain anak-anak mereka kurang produktif di waktu sengganggnya.
Berdasarkan masukan warga, kemudian departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP 2010, menggodok program-program untuk pemberdayaan anak-anak di KuTek. Kemudian terbentuklah dua program terpisah yakni:
Peresmian Rumah Baca, penanggung jawab program ini adalah Uppe dari jurusan Antropologi angkatan 2009. Peresmian ini memang diklasifikasikan sebagai program kerja event (jangka pendek). Mata acara ini sendiri yaitu peresmian Rumah Baca FISIP UI dengan mengundang semua warga KuTek dan mahasiswa FISIP. Nama event tersebut adalah KONFUSE (Kontribusi FISIP untuk Sekitar). Acara tersebut juga diisi dengan naik sepeda kelilng kampus UI bersama sama. Selain itu ada penampilan dari mahasiswa FISIP UI, serta marawis dari remaja KuTek dan kasidahan dari ibu-ibu KuTek. Juga ada lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak KuTek. Prosesi peresmian sendiri dilakukan oleh pejabat kampung KuTek dan Pejabat dari FISIP.
Keberlanjutan Rumah Baca, penanggung jawab program ini adalah Wenty dari jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2009. Program ini tentunya terkait dengan keberlangsungan Rumah Baca itu sendiri. Setelah selesai assessment, riset, penentuan lokasi yakni di ruang pertemuan RT yang jarang digunakan, pematangan konsep tahap selanjutnya adalah melakukan rekrutmen di FISIP. Perekrutan ini untuk merekrut pengurus dan pengajar untuk menjadai kakak-kakak di Rumah Baca. Rekrutmen dilakukan dengan berbagai cara, dari mulai pemasangan poster hingga mendirikan stand rekrutmen di PSAF dan di FISIP. Tim mencari mahasiswa FISIP jurusan apapun dengan angkatan berapapun. Waktu itu yang paling banyak mendaftar adalah dari jurusan Kesejahteraan Sosial karena berhubungan dengan mata kuliah dan turlap mereka. Dari rekrutmen inilah kemudian dibuat kepengurusan karena Rumah Baca ini akan menjadi komunitas yang berada di bawah naungan Departeman Sosial Masyarakat BEM FISIP UI. Dari konsep yang dibuat oleh Departeman Sosial Masyarakat BEM FISIP UI, kemudian BEM sendiri meminta kepengurusan Rumah Baca untuk mengembangkan kemana Rumah Baca ini akan mereka bawa. Untuk buku-buku, tim mendirikan stand dropbox buku-buku yang ingin disumbangkan. Ditambah lagi dengan kewajiban mahasiswa baru FISIP pada saat itu untuk mengumpulkan buku anak-anak untuk disumbangkan ke Rumah Baca pada saat PSAF.
Seiring berjalannya waktu anak-anak yang datang ke Rumah Baca ini semakin banyak jumlahnya. Untuk kakak-kakak tentu memang tidak ada komitmen khusus, kecuali yang pengurus. Jadi yang tersisa hanya yang benar-benar komit untuk berkontribusi. Awalnya ada penentuan pertemuan dua kali dalam seminggu harus beroperasi, lama kelamaan ditentukanlah jadwal yang pasti Selasa dan Kamis pukul 16.00.
Dari segi pendanaan juga berkembang, terutama donasi secara personal maupun dari himpunan jurusan dan komunitas lainnya. Sedangkan dari segi kegiatan awalnya hanya bermain, dongeng atau baca buku. Karena memang pada awalnya hanya sebatas Rumah Baca. Namun tentu cita-cita awal membuat Rumah Belajar, masih terpatri. Semakin lama, pengurus merasa mampu untuk mengembangkan kegiatan di Rumah Baca ini, yakni dengan melaksanakan kegiatan akademis dengan mengajarkan pelajaran di sekolah. Anak-anak kemudian mulai dikelompokkan ke beberapa tingkatan sesuai dengan kelas, agar mudah untuk memberikan pengajaran. Dari proses tersebut terkadang anak-anak konsultasi tentang kesulitan pelajaran-pelajaran tertentu di sekolah. Setahun sekali, Rumah Baca FISIP ini melaksanakan kegiatan untuk mengapresiasi kemampuan mereka. Seperti di tahun 2011, dilaksanakan Rumah Baca Festival (Rumbafest) dan di acara Pra Rumbafest, ada berbagai lomba untuk anak-anak Rumah Baca. Di Rumbafest sendiri acara tersebut lebih ke acara ‘unjuk gigi’ anak-anak seperti menyanyi, menari tradisional dan pentas drama. Untuk ibu-ibu ada acara demo masak. Selain itu ada hiburan dari mahasiswa untuk warga KuTek.
Rumah Baca FISIP ini memiliki struktur kepengurusannya sendiri yang terdiri dari: (1) Project Officer, (2) Wakil Project Officer, (3) Kestari, (4)Keuangan, (5) Koor Program, (6) Koor PSDM. Proses perekrutan pengurus komunitas ini adalah dengan proses pendaftaran dengan membuka pendaftaran di lingkungan FISIP, setelah itu diikuti dengan proses wawancara. Untuk anak-anak yang ingin bergabung di dalam Rumba, tidak ada prosedur yang dilakukan. Rumba membuka pintu bagi semua anak yang ingin bergabung untuk belajar dan bermain bersama. Sesuai namanya, kegiatan di Rumba tentu tidak jauh-jauh dari pendidikan. Kegiatan di Rumba dapat dikategorikan menjadi kegiatan akademis dan non akademis. Kegiatan non akademis tentu perlu dilakukan agar Rumba ini juga dapat menjadi wadah hiburan bagi anak-anak yang telah lelah belajar di sekolah.
Hari Selasa adalah waktu untuk kegiatan akademis yang dilakukan adalah belajar mengajar dengan mahasiswa sebagai tutornya dan hari Selasa ini dinamakan Hari Belajar. Di dalam kegiatan akademis ini dapat mencakup pembahasan pelajaran yang telah didapatkan di sekolah ataupun pengajaran pelajaran-pelajaran yang ada sesuai kurikulum di sekolah terutama bagi mereka yang putus sekolah. Pada hari belajar, adik-adik Rumah Baca diberikan ‘perbekalan’ berupa tambahan pengetahuan mengenai pelajaran-pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS. Disamping itu mereka pun diizinkan jika ingin berkonsultasi mengenai PR mereka dari sekolah (diadakan pada hari Selasa).
Sedangkan kegiatan non akademis diadakan di hari Kamis yang disebut Hari Kreativitas. Di hari ini diajarkan keterampilan-keterampilan seni, seperti menggambar, pembuatan pernak-pernik pekerjaan tangan, membuat puisi, menyanyi, menari dan lain-lain. Keterampilan-keterampilan ini terkadang dipentaskan di dalam berbagai acara yang mereka hadiri, seperti Pagelaran Bocah, yang biasa diadakan oleh Rumah Baca UI. Namun di hari Kamis ini, konsultasi PR tetap dapat dilakukan.
Namun keberlangsungan komunitas ini tentu menemui berbagai kendala. Kendala paling besar adalah menjaga komitmen kakak-kakak Rumah Baca. Karena masih mahasiswa juga, tentu terbentur dengan urusan di organisasi dan tugas perkuliahan, ditambah lagi karena ini sifatnya voluntary (tanpa bayaran). Kendala lain datang dari segi kepengurusan. Karena Rumah Baca ini bukan lembaga, segala perizinan harus melewati BEM. Tantangan lain adalah dari anak-anak Rumah Baca itu sendiri, yakni menjaga mood mereka karena anak-anak pasti mudah bosan. Tantangan lain juga datang dari warga yang beberapa tidak suka dengan kehadiran kakak-kakak mahasiswa ini. Selain itu jam Rumah Baca bentrok dengan jam pengajian mereka. Selain itu ternyata juga ada semacam rumah belajar lainnya di kutek yang membuat beberapa anak beralih, sempat ada waktu di mana anak-anak yang datang mulai sedikit. Anak-anak usia SMPpun mulai tidak datang lagi ke Rumah Baca. Kendala lain adalah ketika tim mendapat pemeberitahuan bahwa lokasi mereka sekarang tidak bisa lagi digunakan, karena ingin digunakan untuk keperluan lain.
Walaupun berbagai kendala dialami dan dalam prosesnya melalui jalan panjang, Rumah Baca ini terus mempertahankan diri untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan intelektual dan moral anak-anak KuTek. Cita-cita awal sebenarnya mewujudkan di mana akhirnya masyarakat Kutek akan mengelola rumah baca ini sendiri. Tapi ternyata ini tidak mudah, melihat tidak semua dari warga Kutek menerima keberadaan mereka.
Namun, sebenarnya beberapa anak-anak dan kakak-kakak sangat antusias dan mereka punya kedekatan yang sulit untuk digambarkan. Rumah baca ini banyak memberikan pelajaran tidak hanya untuk anak-anak KuTek itu sendiri, namun juga bagi mahasiswa soal anak-anak, pendidikan, dan soal sosial kemayarakatan pastinya.
Contact Person:
III. KESIMPULAN DAN TEMUAN DI LAPANGAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) perbedaan peran utama dari berbagai komunitas dalam masyarakat yang menjadi studi kasus pada tulisan ini, yaitu sebagai tempat berkumpul dan menyalurkan kegemaran atau hobi seperti DeRIC yang merupakan komunitas tempat berkumpul dan saling berbagi informasi para pecinta reptil dan amphibi yang didominasi oleh masyarakat kota depok. Begitupun degan BisMania Community Indonesia (BMC) yang merupakan komunitas pecinta dan pengguna moda transportasi bus. Sedangkan dalam konteks perannya sebagai advokasi kebijakan atau supermasi hukum, terlihat dari komunitas kretek yang melakukan tindakan langsung dalam aksi-aksi massa berjumlah raksasa yang terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Juga, perwakilan Komunitas Kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negara Indonesia, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk mengkritik dan memberi masukan serta gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Di sisi lain, dalam hal perannya sebagai pelestarian budaya dapat dilihat dari komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta dengan berbagai kegiatanya berusaha untuk melestarikan kesenian tradisional, khususnya gamelan Sunda kepada generasi muda melalui kolaborasi dengan alat musk modern, sehingga dapat lebih mudah diterima oleh generasi muda Purwkarta. Begitupun perannya dalam pemberdayaan masyarakat, yang dapat dilihat dari kegiatan komunitas Rumba FISIP UI yang memberikan pendidikan informal kepada anak-anak yang berada di sekitar kampus universitas Indoneisa.
[1] http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2 diakses pada Rabu, 30 April 2014; Pukul 23.04 WIB.
Bukan hanya menerbitkan buku dan laporan penelitian, Komunitas Kretek juga beberapa kali terlibat langsung dalam aksi-aksi massa berjumlah raksasa yang terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Tidak jarang, perwakilan Komunitas Kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negeri ini, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk mengkritik dan memberi masukan serta gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Setelah sekian lama negara ini seolah acuh tak acuh, padahal mendapat pendapatan (pajak dan cukai) yang tidak kecil dari komoditas ini. Belum lagi jika ditambahkan aspek sosial ketenagakerjaan dan produk-produk kultural yang terikat pada tembakau dan rokok kretek. Selain itu, Komunitas Kretek juga terhitung sering mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan, dan workshop sebagai konkretisasi komitmen untuk mendinamisasi isu tembakau dan rokok kretek. Hasilnya menggembirakan, sekarang banyak ditemui person-person dari segala profesi dan latar belakang yang mulai hirau dan turut mendukung, bahkan membuka lingkaran-lingkaran serupa.
Sejauh ini, struktur Komunitas Kretek memiliki satu Sekretariat Nasional dan 7 Sekretariat Wilayah. Adapun ketujuh wilayah tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Makassar. Belakangan, bersama dengan berbagai lingkaran dan organisasi masyarakat lainnya, Komunitas Kretek ikut mendeklarasikan Koalisi Nasional Penyelamatan Tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan konfederasi gerakan di medan wacana ini. Tentu saja, jalan yang telah dilalui tidak pendek, pun tidak terlalu panjang. Karena nyatanya, sampai hari ini regulasi pemerintah tidak segera berpihak pada kepentingan nasionalnya sendiri: menyelamatkan tembakau dan rokok kretek. Oleh karena itu, dengan hadirnya situsweb sederhana ini, Komunitas Kretek sebagai lembaga berharap adanya partisipasi aktif dari khalayak, siapapun. Bersama-sama, sebagaimana tembakau dan rokok kretek yang masih tumbuh di banyak daerah, kesadaran dan pikiran kritis kita juga terus tumbuh. Sehingga Pasal 5 dalam Pancasila, “Kesejahteraan Sosial untuk Seluruh Rakyat Indonesia,” tak hanya sekedar jadi slogan dan tulisan belaka.[1] Beberapa kegiatan komunitas kretek selain mengadakan kajian dan workshop mengenai kretek, Komunitas Kretek juga melaksanakan kegiatan berikut, Solidaritas Komunitas Kretek Jakarta untuk Korban Banjir, Pemutaran Film dan Diskusi “Mereka yang Melampaui Waktu”, Wayang Jong dan Dialog Kebudayaan, Teman Sehat(i); Pemutaran Film Dan Workshop Kopi-Kretek, Komunitas Kretek ikuti Dialog “Satu Meja” Kompas TV.
II.4 Dapur Pagendingan Purwakarta
Dapur Pagendingan Purwakarta adalah komunitas seni yang bertujuan untuk mengakomodir generasi muda yang memiliki semangat untuk melestarikan seni-budaya Sunda, khususnya alat musik tradisional gamelan Sunda, seperti kacapi, saron, kendang, goong, bonang, suling dan sebagainya melalui kolaborasi dengan alat musik modern seperti keyboard, gitar, sexophone dan sebagainya, sehingga dapat diterima oleh generasi muda masa kini. Komunitas yang baru didirikan sekitar pertengahan tahun 2013 lalu ini, pada awalnya sebagai sebuah respon atas kegiatan festival seni-budaya Sunda yang selalu diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta pada setiap awal bulan dengan tajuk “Peuting Panineungan” atau dalam bahasa Indonesia “Malam Kenangan” bersamaan dengan kegiatan Car Free Night dan Malam Wisata Kuliner Purwakarta. Nama Dapur Pagendingan Purwakarta sendiri diprakarsai oleh pendiri komunitas, yaitu Kang Nana Noro yang juga merupakan salah satu guru kesenian SMA Negeri 1 Purwakarta pada awal pertama kali latihan di basecamp Komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta yaitu di Leuweung Seni, Citalang.
Adapun Kegiatan yang dilakukan adalah a) Latihan, yang dilaksankan 1 (satu) minggu sekali pada hari Sabtu atau Minggu pagi pukul 09.00-selesai; b) Performance, dengan jadwal rutin pada malam minggu pertama di awal bulan, pada acara “Peuting Panineungan” bersamaan dengan Car Free Night dan Wisata Kuliner Kabupaten Purwakarta; c) Job, Seringkali diundang untuk mengisi acara dalam berbagai acara sperti pernikahan sekitar 4-5 kali dalam sebulan atau bahkan acara-acara festival kesenian lainnya, seperti Braga Culinary Festival di Bandung.
Sedangkan dalam hal rekrutmen dilakukan secara bebas, siapapun yang tertarik dan memiliki motivasi untuk belajar sekaligus melestraikan alat musik tradisional gamelan dan kesenian Sunda dapat bergabung bersama komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta dan mengunjungi basecamp tempat berkumpul dan latihan di Leuweung Seni, Citalang. Oleh karena pola rekrutmen yang bebas, mengakibatkan tidak diketahuinya jumlah pasti anggota yang cukup aktif Dapur Pagendingan Purwakarta, diperkirakan kurang lebih 50 orang, yang mayoritas adalah pelajar Sekolah Menengah di Kabupaten Purwakarta.
Hal menarik dari komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta adalah bahwa tidak seperti mayoritas komunitas di masyarakat yang keterikatanya dikarenakan hobby dan kesenangan. Komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta merupakan komunitas yang selain didasarkan pada hobby, juga memiliki concern terhadap upayanya dalam melestarikan kesenian tradisional Jawa Barat, sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia melalui kolaborasi kesenian modern, sehingga dapat dengan mudah diterima oleh generasi muda Purwakarta khususnya.
Contact Person: Nana Noro (Abep) +6285759096193
II.5 Rumah Belajar FISIP UI (Rumba FISIP UI)
Rumah Baca FISIP yang akrab disebut Rumba FISIP ini adalah sebuah komunitas yang dibentuk oleh mahasiswa FISIP UI. Rumah Baca ini mendasarkan dirinya pada tujuan untuk mewadahi anak-anak yang tinggal di sekitar Rumba FISIP agar mendapat bimbingan dan pengajaran lanjutan yang bersifat informal, singkatnya, Rumba FISIP ini merupakan tempat belajar untuk anak-anak di luar pendidikan formal yakni sekolah. Lokasi Rumba FISIP terletak di Kutek RT1 RW1 - gerbang kutek belok kanan, di samping lapangan bulu tangkis, Majelis Ta'lim. Waktu beroperasi Rumba FISIP sendiri yakni setiap Selasa dan Kamis pukul 16.00 sampai pukul 17.30 WIB.
Proses pendirian Rumah Baca ini tentu melalui proses yang cukup panjang dan tidak mudah. Diawali dengan keinginan BEM FISIP UI 2010 yang ingin membuat suatu program community development. Sebenarnya, gagasan mengenai community development ini telah dibuat sejak BEM/Senat Mahasiswa tahun sebelumnya, namun putus di tengah jalan karena berbagai masalah, waktu itu lokasinya terletak di daerah Kelapa Dua, Depok. Akhirnya BEM FISIP 2010 mencoba mengusung program community development agar departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP 2010 memiliki program jangka panjang yang “membekas” di masyarakat, tidak hanya sekedar membuat acara-acara atau program tertentu yang hanya selesai dalam waktu singkat saja.
Agar tepat sasaran, kemudian BEM FISIP 2010 membentuk tim. Semua dimulai dari nol dengan melaksanakan assessment dan mencari permasalahan. Awalnya yang menjadi sasaran utamanya program community development ini adalah pemberdayaan untuk masyarakat terdekat lingkungan UI terkait dengan kebersihan yakni pengelolaan sampah dan lingkungan. Kemudian tim melakukan riset dengan mengulik wilayah perkampungan Kukusan Teknik. Riset dilakukan dengan mendatangi kediaman Ketua RT dan RW, ditambah dengan komunikasi dengan warga. Bahkan beberapa anggota staf departemen sosial masyarakat menghadiri pengajian mingguan dan acara-acara di Posyandu setempat. Hal ini dilakukan karena tim tentu mengetahui, untuk tahu permasalahan agar program tepat sasaran perlu kesabaran dan ketekunan serta dilakukan perlahan, agar pencarian permasalahan bisa menyeluruh.
Pada saat momen wawancara dengan ketua RW, ia sangat memberikan motivasi kepada tim agar terus mengulik lebih dalam daerah tersebut. Dalam wawancaranya, ketua RT mendeskripsikan hubungan antara warga dengan mahasiswa UI. Menurut Bapak RT, hubungan antara warga KuTek dengan mahasiswa UI semakin renggang, padahal dulu cukup erat dan akrab, bahkan mahasiswa UI sering mengajarkan anak-anak warga KuTek. Sekarang hubungannya berdasarkan kebutuhan saja, misalnya kos-kosan, warteg, ojek dan sebagainya. Ditambah lagi dengan akses masuk dari KuTek ke UI dibuat pagar oleh pihak UI, karena dinilai sering terjadi tindak kriminalitas, sehingga warga KuTek merasa mereka dianggap maling. Berangkat dari wawancara mendalam tersebut, tim kemudian mulai mendapat ide untuk mengajarkan anak-anak warga KuTek, namun keyakinan itu belum sepenuhnya tumbuh. Akhirnya tim mulai melakukan riset mendalam lebih kepada anak-anak warga KuTek, dari mendata jumlah, usia, hingga kebutuhan mereka. Setelah riset kemudian ide mendirkan rumah belajar menjadi utuh dan mulai melakukan pendekatan ke warga sekitar.
Tim sadar bahwa rumah belajar bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya. Rumah belajar berarti harus tahu kebutuhan belajar mereka seperti apa, kurikulum, pengajar yang handal dan komitmen dengan jadwal mengajar, sehingga diputuskanlah untuk membuat rumah baca terlebih dahulu, agar meningkatkan minat baca anak-anak di KuTek. Hal ini didasari pula dengan hasil riset tim yang mendapat paparan dari para ibu-ibu KuTek, bahwa anak-anak mereka kurang kegiatan. Setiap sore mereka hanya main dan keluyuran atau jajan hingga waktu maghrib. Dengan kata lain anak-anak mereka kurang produktif di waktu sengganggnya.
Berdasarkan masukan warga, kemudian departemen Sosial Masyarakat BEM FISIP 2010, menggodok program-program untuk pemberdayaan anak-anak di KuTek. Kemudian terbentuklah dua program terpisah yakni:
Peresmian Rumah Baca, penanggung jawab program ini adalah Uppe dari jurusan Antropologi angkatan 2009. Peresmian ini memang diklasifikasikan sebagai program kerja event (jangka pendek). Mata acara ini sendiri yaitu peresmian Rumah Baca FISIP UI dengan mengundang semua warga KuTek dan mahasiswa FISIP. Nama event tersebut adalah KONFUSE (Kontribusi FISIP untuk Sekitar). Acara tersebut juga diisi dengan naik sepeda kelilng kampus UI bersama sama. Selain itu ada penampilan dari mahasiswa FISIP UI, serta marawis dari remaja KuTek dan kasidahan dari ibu-ibu KuTek. Juga ada lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak KuTek. Prosesi peresmian sendiri dilakukan oleh pejabat kampung KuTek dan Pejabat dari FISIP.
Keberlanjutan Rumah Baca, penanggung jawab program ini adalah Wenty dari jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2009. Program ini tentunya terkait dengan keberlangsungan Rumah Baca itu sendiri. Setelah selesai assessment, riset, penentuan lokasi yakni di ruang pertemuan RT yang jarang digunakan, pematangan konsep tahap selanjutnya adalah melakukan rekrutmen di FISIP. Perekrutan ini untuk merekrut pengurus dan pengajar untuk menjadai kakak-kakak di Rumah Baca. Rekrutmen dilakukan dengan berbagai cara, dari mulai pemasangan poster hingga mendirikan stand rekrutmen di PSAF dan di FISIP. Tim mencari mahasiswa FISIP jurusan apapun dengan angkatan berapapun. Waktu itu yang paling banyak mendaftar adalah dari jurusan Kesejahteraan Sosial karena berhubungan dengan mata kuliah dan turlap mereka. Dari rekrutmen inilah kemudian dibuat kepengurusan karena Rumah Baca ini akan menjadi komunitas yang berada di bawah naungan Departeman Sosial Masyarakat BEM FISIP UI. Dari konsep yang dibuat oleh Departeman Sosial Masyarakat BEM FISIP UI, kemudian BEM sendiri meminta kepengurusan Rumah Baca untuk mengembangkan kemana Rumah Baca ini akan mereka bawa. Untuk buku-buku, tim mendirikan stand dropbox buku-buku yang ingin disumbangkan. Ditambah lagi dengan kewajiban mahasiswa baru FISIP pada saat itu untuk mengumpulkan buku anak-anak untuk disumbangkan ke Rumah Baca pada saat PSAF.
Seiring berjalannya waktu anak-anak yang datang ke Rumah Baca ini semakin banyak jumlahnya. Untuk kakak-kakak tentu memang tidak ada komitmen khusus, kecuali yang pengurus. Jadi yang tersisa hanya yang benar-benar komit untuk berkontribusi. Awalnya ada penentuan pertemuan dua kali dalam seminggu harus beroperasi, lama kelamaan ditentukanlah jadwal yang pasti Selasa dan Kamis pukul 16.00.
Dari segi pendanaan juga berkembang, terutama donasi secara personal maupun dari himpunan jurusan dan komunitas lainnya. Sedangkan dari segi kegiatan awalnya hanya bermain, dongeng atau baca buku. Karena memang pada awalnya hanya sebatas Rumah Baca. Namun tentu cita-cita awal membuat Rumah Belajar, masih terpatri. Semakin lama, pengurus merasa mampu untuk mengembangkan kegiatan di Rumah Baca ini, yakni dengan melaksanakan kegiatan akademis dengan mengajarkan pelajaran di sekolah. Anak-anak kemudian mulai dikelompokkan ke beberapa tingkatan sesuai dengan kelas, agar mudah untuk memberikan pengajaran. Dari proses tersebut terkadang anak-anak konsultasi tentang kesulitan pelajaran-pelajaran tertentu di sekolah. Setahun sekali, Rumah Baca FISIP ini melaksanakan kegiatan untuk mengapresiasi kemampuan mereka. Seperti di tahun 2011, dilaksanakan Rumah Baca Festival (Rumbafest) dan di acara Pra Rumbafest, ada berbagai lomba untuk anak-anak Rumah Baca. Di Rumbafest sendiri acara tersebut lebih ke acara ‘unjuk gigi’ anak-anak seperti menyanyi, menari tradisional dan pentas drama. Untuk ibu-ibu ada acara demo masak. Selain itu ada hiburan dari mahasiswa untuk warga KuTek.
Rumah Baca FISIP ini memiliki struktur kepengurusannya sendiri yang terdiri dari: (1) Project Officer, (2) Wakil Project Officer, (3) Kestari, (4)Keuangan, (5) Koor Program, (6) Koor PSDM. Proses perekrutan pengurus komunitas ini adalah dengan proses pendaftaran dengan membuka pendaftaran di lingkungan FISIP, setelah itu diikuti dengan proses wawancara. Untuk anak-anak yang ingin bergabung di dalam Rumba, tidak ada prosedur yang dilakukan. Rumba membuka pintu bagi semua anak yang ingin bergabung untuk belajar dan bermain bersama. Sesuai namanya, kegiatan di Rumba tentu tidak jauh-jauh dari pendidikan. Kegiatan di Rumba dapat dikategorikan menjadi kegiatan akademis dan non akademis. Kegiatan non akademis tentu perlu dilakukan agar Rumba ini juga dapat menjadi wadah hiburan bagi anak-anak yang telah lelah belajar di sekolah.
Hari Selasa adalah waktu untuk kegiatan akademis yang dilakukan adalah belajar mengajar dengan mahasiswa sebagai tutornya dan hari Selasa ini dinamakan Hari Belajar. Di dalam kegiatan akademis ini dapat mencakup pembahasan pelajaran yang telah didapatkan di sekolah ataupun pengajaran pelajaran-pelajaran yang ada sesuai kurikulum di sekolah terutama bagi mereka yang putus sekolah. Pada hari belajar, adik-adik Rumah Baca diberikan ‘perbekalan’ berupa tambahan pengetahuan mengenai pelajaran-pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS. Disamping itu mereka pun diizinkan jika ingin berkonsultasi mengenai PR mereka dari sekolah (diadakan pada hari Selasa).
Sedangkan kegiatan non akademis diadakan di hari Kamis yang disebut Hari Kreativitas. Di hari ini diajarkan keterampilan-keterampilan seni, seperti menggambar, pembuatan pernak-pernik pekerjaan tangan, membuat puisi, menyanyi, menari dan lain-lain. Keterampilan-keterampilan ini terkadang dipentaskan di dalam berbagai acara yang mereka hadiri, seperti Pagelaran Bocah, yang biasa diadakan oleh Rumah Baca UI. Namun di hari Kamis ini, konsultasi PR tetap dapat dilakukan.
Namun keberlangsungan komunitas ini tentu menemui berbagai kendala. Kendala paling besar adalah menjaga komitmen kakak-kakak Rumah Baca. Karena masih mahasiswa juga, tentu terbentur dengan urusan di organisasi dan tugas perkuliahan, ditambah lagi karena ini sifatnya voluntary (tanpa bayaran). Kendala lain datang dari segi kepengurusan. Karena Rumah Baca ini bukan lembaga, segala perizinan harus melewati BEM. Tantangan lain adalah dari anak-anak Rumah Baca itu sendiri, yakni menjaga mood mereka karena anak-anak pasti mudah bosan. Tantangan lain juga datang dari warga yang beberapa tidak suka dengan kehadiran kakak-kakak mahasiswa ini. Selain itu jam Rumah Baca bentrok dengan jam pengajian mereka. Selain itu ternyata juga ada semacam rumah belajar lainnya di kutek yang membuat beberapa anak beralih, sempat ada waktu di mana anak-anak yang datang mulai sedikit. Anak-anak usia SMPpun mulai tidak datang lagi ke Rumah Baca. Kendala lain adalah ketika tim mendapat pemeberitahuan bahwa lokasi mereka sekarang tidak bisa lagi digunakan, karena ingin digunakan untuk keperluan lain.
Walaupun berbagai kendala dialami dan dalam prosesnya melalui jalan panjang, Rumah Baca ini terus mempertahankan diri untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan intelektual dan moral anak-anak KuTek. Cita-cita awal sebenarnya mewujudkan di mana akhirnya masyarakat Kutek akan mengelola rumah baca ini sendiri. Tapi ternyata ini tidak mudah, melihat tidak semua dari warga Kutek menerima keberadaan mereka.
Namun, sebenarnya beberapa anak-anak dan kakak-kakak sangat antusias dan mereka punya kedekatan yang sulit untuk digambarkan. Rumah baca ini banyak memberikan pelajaran tidak hanya untuk anak-anak KuTek itu sendiri, namun juga bagi mahasiswa soal anak-anak, pendidikan, dan soal sosial kemayarakatan pastinya.
Contact Person:
- Gishelli Azolla (Kessos 2011): 085710338033
- Siti Herlina Nadia (Kessos 2011): 085697922172
III. KESIMPULAN DAN TEMUAN DI LAPANGAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) perbedaan peran utama dari berbagai komunitas dalam masyarakat yang menjadi studi kasus pada tulisan ini, yaitu sebagai tempat berkumpul dan menyalurkan kegemaran atau hobi seperti DeRIC yang merupakan komunitas tempat berkumpul dan saling berbagi informasi para pecinta reptil dan amphibi yang didominasi oleh masyarakat kota depok. Begitupun degan BisMania Community Indonesia (BMC) yang merupakan komunitas pecinta dan pengguna moda transportasi bus. Sedangkan dalam konteks perannya sebagai advokasi kebijakan atau supermasi hukum, terlihat dari komunitas kretek yang melakukan tindakan langsung dalam aksi-aksi massa berjumlah raksasa yang terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Juga, perwakilan Komunitas Kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negara Indonesia, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk mengkritik dan memberi masukan serta gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Di sisi lain, dalam hal perannya sebagai pelestarian budaya dapat dilihat dari komunitas Dapur Pagendingan Purwakarta dengan berbagai kegiatanya berusaha untuk melestarikan kesenian tradisional, khususnya gamelan Sunda kepada generasi muda melalui kolaborasi dengan alat musk modern, sehingga dapat lebih mudah diterima oleh generasi muda Purwkarta. Begitupun perannya dalam pemberdayaan masyarakat, yang dapat dilihat dari kegiatan komunitas Rumba FISIP UI yang memberikan pendidikan informal kepada anak-anak yang berada di sekitar kampus universitas Indoneisa.
[1] http://komunitaskretek.or.id/?page_id=2 diakses pada Rabu, 30 April 2014; Pukul 23.04 WIB.