Penulis:
Dimas Eko Prasetyo | Hilmi Aulia | M. Fadli Mahyuddin | Rahmad Hidayat | Nur Fitri Izzati Ramadhani
Dimas Eko Prasetyo | Hilmi Aulia | M. Fadli Mahyuddin | Rahmad Hidayat | Nur Fitri Izzati Ramadhani
Alamat:
Perum Sawitsari, Jalan Sawit, Gang Cokelat, Blok L-8, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta
No. Telp:
087808071303
Perum Sawitsari, Jalan Sawit, Gang Cokelat, Blok L-8, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta
No. Telp:
087808071303
Pengorganisasian
Sebagai sebuah organisasi yang informal dan independen, komunitas kretek ada karena ada sejarah tertentu, terutama tentang lintingan tembakau. Karena besifat kekeluargaan, komunitas ini tidak berbentuk hierarki, siapa saja yang punya pandangan sama boleh berpendapat dan melakukan kegiatan atas nama komunitas kretek. Namun dibentuk sekretariat-sekretariat perdaerah agar memperluas dan memudahkan jangkauan terhadap jaringan-jaringan sesuai isu yang dibawa oleh komunitas ini. Jumlah anggotanya tidak secara pasti terarsipkan, namun diperkirakan mencapai ratusan orang jika dilihat dari perwakilan di setiap daerah.
Karena kelompok yang independen maka untuk mendanai kegiatan kelompok biasanya dilakukan iuran ‘seikhlasnya’ bagi anggota, maupun mencari sponsor dan menjual merchendise atau buku-buku yang merupakan karya anggota komunitas.
Sejarah pembentukan kelompok/komunitas
Besarnya nilai industri rokok di tanah air dan murahnya harga rokok yang beredar di Indonesia kemudian menjadi pemantik sengketa perang perdagangan antara perusahaan rokok multinasional dengan industri lokal yang banyak dijumpai di asia, seperti di Indonesia, thailand, vietnam, india, dan china. Pasar rokok terbesar di dunia adalah asia, di mana jumlah perokok di china, india, Indonesia, dan jepang menduduki enam terbesar konsumen rokok di dunia. Perokok di asia, khususnya Indonesia, banyak mengkonsumsi rokok kretek.
Hal ini berbeda dengan karakter perusahaan rokok dari amerika serikat yang banyak menjual rokoknya di amerika serikat dan eropa. Produk yang dijual oleh perusahaan di amerika serikat umumnya rokok putih yang harganya lebih mahal. Pendapatan perusahaan rokok multinasional sangat menakjubkan. Tiga perusahaan rokok dunia Philips Morris, Rj Reynolds, dan british american tobacco tahun 1997 pendapatannya lebih dari 65 milyar dollar as. Lebih besar dari gabungan Gross Domestic Product (GDP) Kostarika, Lituania, Senegal, Sri Lanka, Uganda dan Zimbabwe. Berbekal dari kesadaran inilahmaka komunitas kretek ada untuk berkumpul mendeklarasikan pembelaan secara terbuka pada tembakau. Komunitas kretek lahir pada bulan oktober 2010, di salah satu kota yang terkenal sebagai sentra tembakau bermutu internasional, Jember. Sejauh ini, struktur komunitas kretek memiliki satu sekretariat nasional dan 7 sekretariat wilayah. Adapun ketujuh wilayah tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Makassar. Komunitas ini terbangun dari dana iuran dari anggota kelompok.
Sampai saat ini komunitas kretek secara lembaga maupun perorangan, dan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan individu lain, telah menerbitkan serangkaian buku sebagai basis rasional atas pembelaan terhadap tembakau dan rokok kretek. Buku-buku tersebut antara lain kretek: Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota, Kriminalisasi Berujung Monopoli, Perempuan Berbicara Kretek, Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek, Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi Dengan Perusahaan Rokok As, dan Tembakau, Negara, dan Keserakahan Modal Asing.
Bukan hanya menerbitkan buku dan laporan penelitian, komunitas kretek juga beberapa kali terlibat langsung dalam aksi-aksi massa terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Tak jarang juga, perwakilan komunitas kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negeri ini, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk memberi input berupa masukan dan gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Komunitas kretek juga terhitung sering mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan, dan workshop sebagai komitmen terhadap isu tembakau dan rokok kretek. Salah satunya adalah bedah buku karya wanda hamilton berjudul ‘nicotine war: perang nikotin dan para pedagang obat’ di belasan kota. Hasilnya menggembirakan, karena sekarang banyak ditemui orang-orang dari segala profesi dan latar belakang yang mulai peduli dan turut mendukung, bahkan membuka lingkaran-lingkaran serupa.Belakangan, bersama dengan berbagai lingkaran dan organisasi masyarakat lainnya, komunitas kretek ikut mendeklarasikan koalisi nasional penyelamatan tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan konfederasi gerakan.
Pembelaan komunitas kretek terhadap tembakau dan rokok kretek berlangsung pada dua lini besar. Pertama, bahwa sumber-sumber ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus tetap berada di tangan rakyat. Kedua, dalam operasi perdagangan, wacana yang dibawa oleh industri-industri asing (dalam hal ini industri rokok putih dan farmasi internasional) harus dibongkar dengan wacana tandingan. Wacana tandingan sebagai bentuk protes atas bekunya kesadaran kekritisan khalayak dalam memandang persoalan tembakau dan rokok kretek. Oleh karena itu, hadirnya komunitas kretek dianggap sebagai lembaga yang dapat menumbuhkan partisipasi aktif dari khalayak, siapapun. Bersama-sama, sebagaimana tembakau dan rokok kretek yang masih tumbuh di banyak daerah, kesadaran dan pikiran kritis juga terus tumbuh.
Karena terkadang kita mengkonsumsi kretek tanpa tahu latar-belakang dan kandungannya. Tak terkecuali dengan apa yang melanda generasi muda bangsa saat ini. Sehingga secara tidak langsung kita turut membudidayakan tembakau luar dan mematikan produktivitas tembakau lokal. Sadar atau tidak, selera generasi muda khususnya, telah digiring ke arah selera rokok putih seiring dengan semakin rendahnya produktivitas rokok khas nusantara (kretek). Akibatnyademand (permintaan) atas tembakau local menurun, dan demand atas tembakau impor (luar) semakin besar. Artinya harga jual tembakau lokal akan merugikan petani lokal. Meski begitu, tentu saja, jalan yang telah lalui komunitas kretek tidak pendek, pun tidak terlalu panjang. Karena nyatanya, sampai hari ini regulasi pemerintah tidak berpihak pada kepentingan nasional yaitu menyelamatkan tembakau dan rokok kretek.
Isu yang di bahas oleh kelompok/komunitas
Salah satu senjata ampuh untuk mengurangi jumlah perokok adalah dengan mengeluarkan peringatan bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Dan dalam hal ini, environmental protection agency berhasil melahirkan larangan merokok di tempat umum.
Kembali pada sesuatu yang disebut rokok, sejalan dengan perkembangan rokok secara universal inilah, persepsi mengenai rokok muncul secara beragam. Sejarah penemuan kretek, konon dulunya ditemukan oleh Haji Djamhari (Djamahri) yang berasal dari kota kudus pada akhir abad sembilan belas. Awalnya kretek dimanfaatkan oleh Haji Djamhari memiliki penyakit asma, sebagai obat yaitu mencampur tembakau, cengkih dan bahan rempah lainnya, alhasil rokok racikan ini justru penyakit asmanya tidak kambuh dan ia merasa sehat.
Memasuki pertengahan abad duapuluh, konstruksi mengenai rokok mulai berubah, mulai dihubung-hubungkan dengan kesehatan. Wacana ini pertama kali muncul secara terbuka melalui media reader digest januari 1950 berjudul “how harmful are cigarettes?”. Dengan pendekatan dan metode ilmiah, dimulailah penelitian medis menggunakan pendekatan statistik yang hasilnya menyatakan bahwa perokok berat akan lima kali lebih mudah mengalami kanker paru-paru dibanding orang yang tidak merokok. Penelitian ini dilakukan richard doll dan austin bradford hill, dimuat pada british medical journal tahun 1950. Sejak itulah penelitian secara luas atas rokok terkait kesehatan gencar dilakukan. Sampai hari ini kita mengenal paragraf “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”.
Konstruksi tentang rokok menggunakan kesehatan sebagai ukuran, pun mengalami pergeseran, sampai akhir abad duapuluh, persepsi efek rokok bagi kesehatan bersifat individual, artinya merokok bertalian dengan pilihan-pilihan individu untuk hidup sehat atau tidak. Pada awal millennium ini, tahapan konstruksi rokok terkait kesehatan memasuki babak baru, dimana rokok memiliki relasi dengan kesehatan publik.
Aktivitas kelompok/komunitas
Komunitas kretek dalam kehadirannya ditengah-tengah perdebatan pro dan kontra rokok-kretek, ada untuk mengadvokasi kepentingan dari banyak pihak yang terlibat dalam industri rokok-kretek nasional. Komunitas Kretek terhadap tembakau dan rokok-kretek berlangsung di dua fokus besar. Pertama, bahwa sumber-sumber ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus tetap berada di tangan rakyat. Kedua, dalam operasi dagangnya, industri-industri asing (dalam hal ini industri rokok putih dan farmasi internasional) sekaligus melakukan hegemoni wacana yang harus dibongkar oleh wacana tandingan. Selain itu, Komunitas Kretek juga bergerak untuk melindungi jutaan manusia yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok kretek. Mulai dari petani tembakau, buruh linting rokok kretek, sampai jutaan pedagang asongan dan pemilik warung rokok, mereka semua menggantungkan hidupnya pada 61,4 juta perokok aktif yang ada di Indonesia.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh komunitas kretek juga dimaksudkan untuk memberikan advokasi kepada orang lain oleh anggota komunitas, yaitu, para pelaku yang hidup dari industri tembakau. Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas kretek pada umumnya bersifat accidental semisal menghadiri diskusi-diskusi yang diadakan oleh LSM ataupun para mahasiswa dengan memberikan perwakilannya kepada institusi yang mengundangnya. Serta komunitas kretek juga terlibat aktif terkait undang-undang mengenai tembakau di Indonesia dengan ikut berpartisipasi aktif di gedung MPR dan DPR sebagai upaya dalam memperjuangkan nasib para pelaku industri tembakau di Indonesia baik yang aktif maupun tidak aktif. Sedangkan kegiatan rutin yang dilakukan hanya dilakukan oleh anggota internal saja dengan mengadakan diskusi atau hanya kumpul saja.
Banyak manfaat yang didapat oleh masyarakat dari apa yang dilakukan oleh komunitas ialah masyarakat menjadi lebih mengerti mengenai kondisi terkait industri tembakau di Indonesia yang mana saat ini sedang digempur habis-habisan oleh para korporasi asing yang sebenarnya ingin menciptakan monopoli pasar rokok di Indonesia dengan mengkampanyekan bahwa rokok putih memiliki dampak negatif yang lebis sedikit dibanding rokok kretek. Hal ini juga didukung oleh WHO, yang ditandai dengan mendesak Indonesia agar ikut menandatangani FCTC (Framework Convention On Tobacco Control), tentu hal ini sangat merugikan industri tembakau di Indonesia. Selain itu pula banyak masyarakat yang tersadarkan dan ikut mendukung komunitas kretek dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan, serta membentuk komunitas sejenis sebagai bentuk kepedulian.
Para anggota sebelumnya tidak saling mengenal, dikarenakan anggota baru yang bergabung dengan komunitas tersebut hatinya ikut tergugah setelah dijelaskan mengenai kondisi industri tembakau di Indonesia sehingga banyak masyarakat yang turut serta mendukung dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan komunitas kretek dan menjadi simpatisan komunitas kretek. Kesemuanya didapat dari seminar-seminar yang diadakan oleh komunitas kretek yang membuat masyarakat menjadi lebih peduli mengenai nasib para pelaku aktif maupun tidak dalam industri tembakau.
Komunitas kretek membuka pertemanan dengan organisasi manapun terutama dengan mereka yang memiliki pandangan yang sama terkait permasalahan tembakau di Indonesia. Komunitas kretek ini juga turut serta dalam deklarasi koalisi nasional penyelamatan tembakau yang mana terdiri dari banyak komunitas sejenis yang juga lantang menyuarakan suaranya terkait dukungan terhadap penyelamatan tembakau di Indonesia. Namun juga komunitas kretek juga membuka pertemanan dengan organisasi lain yang tidak ada hubungannya dengan tembakau misalnya saja dengan LGN (lingkar ganja nusantara). LGN pernah diundang dalam acara bedah buku yang dilakukan oleh komunitas kretek.
Keterangan:
Laporan ini dibuat dari hasil wawancara langsung kepada anggota komunitas kretek sekretariat Jakarta, Abang Jibal, dan berbagai sumber buku dan internet yang diberikan narasumber pada tanggal 27 Mei 2014 di sekretariat Komunitas Kretek di Tebet.
Sebagai sebuah organisasi yang informal dan independen, komunitas kretek ada karena ada sejarah tertentu, terutama tentang lintingan tembakau. Karena besifat kekeluargaan, komunitas ini tidak berbentuk hierarki, siapa saja yang punya pandangan sama boleh berpendapat dan melakukan kegiatan atas nama komunitas kretek. Namun dibentuk sekretariat-sekretariat perdaerah agar memperluas dan memudahkan jangkauan terhadap jaringan-jaringan sesuai isu yang dibawa oleh komunitas ini. Jumlah anggotanya tidak secara pasti terarsipkan, namun diperkirakan mencapai ratusan orang jika dilihat dari perwakilan di setiap daerah.
Karena kelompok yang independen maka untuk mendanai kegiatan kelompok biasanya dilakukan iuran ‘seikhlasnya’ bagi anggota, maupun mencari sponsor dan menjual merchendise atau buku-buku yang merupakan karya anggota komunitas.
Sejarah pembentukan kelompok/komunitas
Besarnya nilai industri rokok di tanah air dan murahnya harga rokok yang beredar di Indonesia kemudian menjadi pemantik sengketa perang perdagangan antara perusahaan rokok multinasional dengan industri lokal yang banyak dijumpai di asia, seperti di Indonesia, thailand, vietnam, india, dan china. Pasar rokok terbesar di dunia adalah asia, di mana jumlah perokok di china, india, Indonesia, dan jepang menduduki enam terbesar konsumen rokok di dunia. Perokok di asia, khususnya Indonesia, banyak mengkonsumsi rokok kretek.
Hal ini berbeda dengan karakter perusahaan rokok dari amerika serikat yang banyak menjual rokoknya di amerika serikat dan eropa. Produk yang dijual oleh perusahaan di amerika serikat umumnya rokok putih yang harganya lebih mahal. Pendapatan perusahaan rokok multinasional sangat menakjubkan. Tiga perusahaan rokok dunia Philips Morris, Rj Reynolds, dan british american tobacco tahun 1997 pendapatannya lebih dari 65 milyar dollar as. Lebih besar dari gabungan Gross Domestic Product (GDP) Kostarika, Lituania, Senegal, Sri Lanka, Uganda dan Zimbabwe. Berbekal dari kesadaran inilahmaka komunitas kretek ada untuk berkumpul mendeklarasikan pembelaan secara terbuka pada tembakau. Komunitas kretek lahir pada bulan oktober 2010, di salah satu kota yang terkenal sebagai sentra tembakau bermutu internasional, Jember. Sejauh ini, struktur komunitas kretek memiliki satu sekretariat nasional dan 7 sekretariat wilayah. Adapun ketujuh wilayah tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Makassar. Komunitas ini terbangun dari dana iuran dari anggota kelompok.
Sampai saat ini komunitas kretek secara lembaga maupun perorangan, dan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan individu lain, telah menerbitkan serangkaian buku sebagai basis rasional atas pembelaan terhadap tembakau dan rokok kretek. Buku-buku tersebut antara lain kretek: Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota, Kriminalisasi Berujung Monopoli, Perempuan Berbicara Kretek, Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek, Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi Dengan Perusahaan Rokok As, dan Tembakau, Negara, dan Keserakahan Modal Asing.
Bukan hanya menerbitkan buku dan laporan penelitian, komunitas kretek juga beberapa kali terlibat langsung dalam aksi-aksi massa terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Tak jarang juga, perwakilan komunitas kretek bertemu dengan para pejabat dan petinggi negeri ini, dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk memberi input berupa masukan dan gagasan tentang bagaimana kebijakan soal tembakau dan rokok kretek. Komunitas kretek juga terhitung sering mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan, dan workshop sebagai komitmen terhadap isu tembakau dan rokok kretek. Salah satunya adalah bedah buku karya wanda hamilton berjudul ‘nicotine war: perang nikotin dan para pedagang obat’ di belasan kota. Hasilnya menggembirakan, karena sekarang banyak ditemui orang-orang dari segala profesi dan latar belakang yang mulai peduli dan turut mendukung, bahkan membuka lingkaran-lingkaran serupa.Belakangan, bersama dengan berbagai lingkaran dan organisasi masyarakat lainnya, komunitas kretek ikut mendeklarasikan koalisi nasional penyelamatan tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan konfederasi gerakan.
Pembelaan komunitas kretek terhadap tembakau dan rokok kretek berlangsung pada dua lini besar. Pertama, bahwa sumber-sumber ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus tetap berada di tangan rakyat. Kedua, dalam operasi perdagangan, wacana yang dibawa oleh industri-industri asing (dalam hal ini industri rokok putih dan farmasi internasional) harus dibongkar dengan wacana tandingan. Wacana tandingan sebagai bentuk protes atas bekunya kesadaran kekritisan khalayak dalam memandang persoalan tembakau dan rokok kretek. Oleh karena itu, hadirnya komunitas kretek dianggap sebagai lembaga yang dapat menumbuhkan partisipasi aktif dari khalayak, siapapun. Bersama-sama, sebagaimana tembakau dan rokok kretek yang masih tumbuh di banyak daerah, kesadaran dan pikiran kritis juga terus tumbuh.
Karena terkadang kita mengkonsumsi kretek tanpa tahu latar-belakang dan kandungannya. Tak terkecuali dengan apa yang melanda generasi muda bangsa saat ini. Sehingga secara tidak langsung kita turut membudidayakan tembakau luar dan mematikan produktivitas tembakau lokal. Sadar atau tidak, selera generasi muda khususnya, telah digiring ke arah selera rokok putih seiring dengan semakin rendahnya produktivitas rokok khas nusantara (kretek). Akibatnyademand (permintaan) atas tembakau local menurun, dan demand atas tembakau impor (luar) semakin besar. Artinya harga jual tembakau lokal akan merugikan petani lokal. Meski begitu, tentu saja, jalan yang telah lalui komunitas kretek tidak pendek, pun tidak terlalu panjang. Karena nyatanya, sampai hari ini regulasi pemerintah tidak berpihak pada kepentingan nasional yaitu menyelamatkan tembakau dan rokok kretek.
Isu yang di bahas oleh kelompok/komunitas
Salah satu senjata ampuh untuk mengurangi jumlah perokok adalah dengan mengeluarkan peringatan bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. Dan dalam hal ini, environmental protection agency berhasil melahirkan larangan merokok di tempat umum.
Kembali pada sesuatu yang disebut rokok, sejalan dengan perkembangan rokok secara universal inilah, persepsi mengenai rokok muncul secara beragam. Sejarah penemuan kretek, konon dulunya ditemukan oleh Haji Djamhari (Djamahri) yang berasal dari kota kudus pada akhir abad sembilan belas. Awalnya kretek dimanfaatkan oleh Haji Djamhari memiliki penyakit asma, sebagai obat yaitu mencampur tembakau, cengkih dan bahan rempah lainnya, alhasil rokok racikan ini justru penyakit asmanya tidak kambuh dan ia merasa sehat.
Memasuki pertengahan abad duapuluh, konstruksi mengenai rokok mulai berubah, mulai dihubung-hubungkan dengan kesehatan. Wacana ini pertama kali muncul secara terbuka melalui media reader digest januari 1950 berjudul “how harmful are cigarettes?”. Dengan pendekatan dan metode ilmiah, dimulailah penelitian medis menggunakan pendekatan statistik yang hasilnya menyatakan bahwa perokok berat akan lima kali lebih mudah mengalami kanker paru-paru dibanding orang yang tidak merokok. Penelitian ini dilakukan richard doll dan austin bradford hill, dimuat pada british medical journal tahun 1950. Sejak itulah penelitian secara luas atas rokok terkait kesehatan gencar dilakukan. Sampai hari ini kita mengenal paragraf “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”.
Konstruksi tentang rokok menggunakan kesehatan sebagai ukuran, pun mengalami pergeseran, sampai akhir abad duapuluh, persepsi efek rokok bagi kesehatan bersifat individual, artinya merokok bertalian dengan pilihan-pilihan individu untuk hidup sehat atau tidak. Pada awal millennium ini, tahapan konstruksi rokok terkait kesehatan memasuki babak baru, dimana rokok memiliki relasi dengan kesehatan publik.
Aktivitas kelompok/komunitas
Komunitas kretek dalam kehadirannya ditengah-tengah perdebatan pro dan kontra rokok-kretek, ada untuk mengadvokasi kepentingan dari banyak pihak yang terlibat dalam industri rokok-kretek nasional. Komunitas Kretek terhadap tembakau dan rokok-kretek berlangsung di dua fokus besar. Pertama, bahwa sumber-sumber ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus tetap berada di tangan rakyat. Kedua, dalam operasi dagangnya, industri-industri asing (dalam hal ini industri rokok putih dan farmasi internasional) sekaligus melakukan hegemoni wacana yang harus dibongkar oleh wacana tandingan. Selain itu, Komunitas Kretek juga bergerak untuk melindungi jutaan manusia yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok kretek. Mulai dari petani tembakau, buruh linting rokok kretek, sampai jutaan pedagang asongan dan pemilik warung rokok, mereka semua menggantungkan hidupnya pada 61,4 juta perokok aktif yang ada di Indonesia.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh komunitas kretek juga dimaksudkan untuk memberikan advokasi kepada orang lain oleh anggota komunitas, yaitu, para pelaku yang hidup dari industri tembakau. Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas kretek pada umumnya bersifat accidental semisal menghadiri diskusi-diskusi yang diadakan oleh LSM ataupun para mahasiswa dengan memberikan perwakilannya kepada institusi yang mengundangnya. Serta komunitas kretek juga terlibat aktif terkait undang-undang mengenai tembakau di Indonesia dengan ikut berpartisipasi aktif di gedung MPR dan DPR sebagai upaya dalam memperjuangkan nasib para pelaku industri tembakau di Indonesia baik yang aktif maupun tidak aktif. Sedangkan kegiatan rutin yang dilakukan hanya dilakukan oleh anggota internal saja dengan mengadakan diskusi atau hanya kumpul saja.
Banyak manfaat yang didapat oleh masyarakat dari apa yang dilakukan oleh komunitas ialah masyarakat menjadi lebih mengerti mengenai kondisi terkait industri tembakau di Indonesia yang mana saat ini sedang digempur habis-habisan oleh para korporasi asing yang sebenarnya ingin menciptakan monopoli pasar rokok di Indonesia dengan mengkampanyekan bahwa rokok putih memiliki dampak negatif yang lebis sedikit dibanding rokok kretek. Hal ini juga didukung oleh WHO, yang ditandai dengan mendesak Indonesia agar ikut menandatangani FCTC (Framework Convention On Tobacco Control), tentu hal ini sangat merugikan industri tembakau di Indonesia. Selain itu pula banyak masyarakat yang tersadarkan dan ikut mendukung komunitas kretek dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan, serta membentuk komunitas sejenis sebagai bentuk kepedulian.
Para anggota sebelumnya tidak saling mengenal, dikarenakan anggota baru yang bergabung dengan komunitas tersebut hatinya ikut tergugah setelah dijelaskan mengenai kondisi industri tembakau di Indonesia sehingga banyak masyarakat yang turut serta mendukung dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan komunitas kretek dan menjadi simpatisan komunitas kretek. Kesemuanya didapat dari seminar-seminar yang diadakan oleh komunitas kretek yang membuat masyarakat menjadi lebih peduli mengenai nasib para pelaku aktif maupun tidak dalam industri tembakau.
Komunitas kretek membuka pertemanan dengan organisasi manapun terutama dengan mereka yang memiliki pandangan yang sama terkait permasalahan tembakau di Indonesia. Komunitas kretek ini juga turut serta dalam deklarasi koalisi nasional penyelamatan tembakau yang mana terdiri dari banyak komunitas sejenis yang juga lantang menyuarakan suaranya terkait dukungan terhadap penyelamatan tembakau di Indonesia. Namun juga komunitas kretek juga membuka pertemanan dengan organisasi lain yang tidak ada hubungannya dengan tembakau misalnya saja dengan LGN (lingkar ganja nusantara). LGN pernah diundang dalam acara bedah buku yang dilakukan oleh komunitas kretek.
Keterangan:
Laporan ini dibuat dari hasil wawancara langsung kepada anggota komunitas kretek sekretariat Jakarta, Abang Jibal, dan berbagai sumber buku dan internet yang diberikan narasumber pada tanggal 27 Mei 2014 di sekretariat Komunitas Kretek di Tebet.